Kamis, 20 Agustus 2009

Tetap Bugar Selama Berpuasa

Bulan Ramadhan telah di ambang pintu. Selama satu bulan, umat Muslim akan menjalankan ibadah puasa. Tentu perlu kekuatan fisik dan mental dalam berpuasa. Meski demikian, hal ini bukan halangan bagi mereka yang menderita penyakit kronik atau degeneratif dan berusia lanjut untuk berpuasa.


Keinginan menjalankan ibadah puasa ini juga dialami Tardjo. Di usia paruh baya, ia nyaris tak pernah absen berpuasa selama bulan Ramadhan meski menyandang diabetes mellitus (DM) atau kencing manis dan secara rutin mendapat insulin.

Namun, pada bulan puasa tahun lalu, ia terpaksa dirawat di rumah sakit karena menderita hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah. Akhir-akhir ini, ia mengeluh nyeri lambung. ”Sulit mengendalikan makan dan minum,” tuturnya.

Menurut dr Ari Fahrial Syam, Wakil Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia, Rabu (19/8), di Jakarta, ”Ada hal-hal penting yang harus diperhatikan dan diwaspadai agar bisa beribadah puasa tanpa mengganggu kesehatan, terutama mereka yang menderita penyakit lambung atau sakit mag, kencing manis, dan pasien usia lanjut.”

Saat berpuasa, kita menahan makan dan minum sekitar 14 jam. Pada hari biasa, orang makan 3 kali sehari, pagi, siang, dan malam. Saat bulan puasa, orang hanya makan 2 kali sehari, yaitu sahur dan buka puasa. Ketika berpuasa, sistem pencernaan tidak menerima makanan dan minuman. Hal ini memicu peningkatan asam lambung yang dapat menyebabkan gejala sakit mag. ”Selama puasa, metabolisme berubah akibat pembatasan makanan dan minuman,” ujarnya.

Dalam studi di Paris, 13 relawan berpuasa Ramadhan mengalami peningkatan pepsin dan asam lambung, dan kembali normal setelah puasa. ”Puasa meningkatkan kadar hormon gastrin dan menurunkan asam lambung,” kata Ari Fahrial yang juga konsultan gastroenterologi dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo.

Mag atau dispepsia merupakan gangguan pencernaan yang menyebabkan rasa sakit dan tidak nyaman pada daerah ulu hati disertai mual, kembung, cepat kenyang, dan kurang nafsu makan. Ada dispepsia organik dan dispepsia fungsional.

Dispepsia organik ditandai kelainan secara anatomi, seperti luka pada lambung dan usus 12 jari, polip di lambung. Pada dispepsia fungsional, tidak ada kelainan anatomi. Dispepsia fungsional terjadi karena makan tak teratur, kebiasaan makan camilan berlemak, minum kopi atau minuman bersoda, merokok, dan stres.

”Penderita mag bisa berpuasa kecuali dispepsia organik yang belum diobati, terutama jika ada tanda bahaya antara lain dispepsia pertama kali pada umur di atas 45 tahun, berat badan turun, pucat, muntah darah, atau buang air besar hitam,” kata Ari.

Dispepsia fungsional justru membaik jika berpuasa. Keluhan berkurang jika penderita makan teratur, mengurangi makan camilan berlemak, berhenti merokok, mengurangi minum kopi dan minuman bersoda, serta pengendalian diri.

Diabetes

Penyandang diabetes mellitus atau kencing manis dengan kadar gula darah terkontrol bisa berpuasa melalui perencanaan makan dan olahraga.

”Penyandang DM yang butuh obat hipoglikemik oral juga dapat berpuasa dengan mengubah perencanaan makan, aktivitas fisik, dan pengobatan,” kata dr Dante Saksono dari Divisi Metabolik Endokrin Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI-RSCM. Penyandang DM pengguna insulin dianjurkan tak berpuasa.

Penderita kencing manis dengan komplikasi kronik sebaiknya tidak berpuasa karena bisa memperberat komplikasi.

Hipoglikemia bisa terjadi saat puasa, terutama sore hari. Apabila ini terjadi, sebaiknya puasa dibatalkan dengan minum air gula lalu makan. ”Pengaturan makan selama berpuasa adalah, makan sahur 40 persen kebutuhan sehari, buka puasa 50 persen, sesudah shalat tarawih 10 persen kebutuhan sehari,” ujarnya.

Usia lanjut

Berpuasa aman bagi orang usia lanjut atau geriatri jika kondisi kesehatan stabil, penyakit terkontrol, dan tidak ada infeksi akut. Demikian kata dr Siti Setiati dari Divisi Geriatri FKUI-RSCM. Pasien geriatri adalah pasien usia lanjut dengan banyak penyakit dan obat. Beberapa perubahan fisiologis dan psikologis pada pasien geriatri antara lain rasa haus menurun, asupan cairan menurun, sehingga berisiko dehidrasi, mudah lelah, lemah, bingung, dan nafsu makan menurun.

Sejumlah penelitian pada usia lanjut menunjukkan, puasa menurunkan kolesterol total, kolesterol LDL, trigliserida, dan asam urat. Puasa menurunkan asupan kalori 12-15 persen, menurunkan radikal bebas, meningkatkan antioksidan, dan kualitas tidur. Serum magnesium yang memiliki efek melindungi jantung pun meningkat.

Hasil survei poliklinik geriatri RSCM Agustus 2008 pada pasien usia 64-83 tahun menunjukkan, 76,5 persen dari mereka berpuasa. ”Yang paling sering diderita adalah hipertensi, jadi sering-seringlah memeriksa tekanan darah,” katanya.

Pola makan harus dijaga. Pasien geriatri harus mencukupi kebutuhan kalori sama dengan ketika tidak berpuasa. Konsumsi cairan 8-10 gelas per hari untuk mencegah kekurangan cairan, konsumsi air atau jus buah antara berbuka puasa dan sebelum tidur, hindari terlalu banyak es karena menahan rasa kenyang.

Komposisi gizi juga harus seimbang, batasi makanan yang digoreng dan berlemak tinggi. Saat sahur, batasi minum teh atau kopi, dan dianjurkan konsumsi makanan yang lambat dicerna serta tinggi serat. ”Batasi makanan yang lebih cepat dicerna seperti gula,” kata Siti Setiati.

Saat berbuka puasa, pasien dianjurkan konsumsi kurma karena mengandung gula serat, karbohidrat, dan zat gizi lain. Pisang baik dikonsumsi karena sumber kalium, magnesium, dan karbohidrat. ”Jangan lupa konsumsi vitamin dan mineral. Obat yang harus dikonsumsi diminum saat buka puasa dan sahur,” ujarnya.

”Minum dan makanlah dengan otak, tidak dengan lidah. Jika kondisi fisik tidak memungkinkan, sebaiknya tidak memaksakan diri untuk terus berpuasa,” kata dia mengingatkan. Dengan mengatur pola makan dan menjaga kondisi kesehatan, penderita penyakit kronik dan degeneratif pun tetap bugar saat berpuasa.

Sumber: koran.kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites