Kamis, 27 Agustus 2009

Banjir Buku Agama di Bulan Puasa


Ada fenomena menarik yang muncul dalam beberapa tahun belakangan ini. Saban menjelang puasa, sejumlah penerbit seolah berlomba-lomba meluncurkan buku-buku agama Islam.

Jenisnya pun cukup beragam, dari buku tentang puasa, salat, kisah para nabi, hingga petunjuk praktis beribadah. Yang menarik, aneka buku Islam yang hadir pada puasa kali ini jenisnya lebih beragam dan halamannya tebal-tebal. Bahkan beberapa di antaranya hadir dalam edisi luks. Selain itu, ada yang dirilis dalam bentuk ensiklopedia.


Di lantai dasar toko buku Leksika, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, aneka buku bertema Islam tampak ditata begitu rapi. Buku-buku itu sengaja dipajang di dekat pintu masuk toko tersebut dengan tujuan agar setiap pengunjung yang datang bisa langsung melihatnya. Strategi itu diterapkan Leksika bukan tanpa alasan. Menurut Branch Manager Leksika Agus

Manuntun, berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya, permintaan terhadap jenis buku tersebut memang meningkat saban memasuki bulan Ramadan. "Ketertarikan orang terhadap buku Islam biasanya meningkat menjelang bulan puasa itu berulang setiap tahun," kata Agus.

Namun, tahun ini Agus mesti menyiapkan tempat yang lebih besar karena, pada bulan puasa kali ini, buku Islam yang datang rata-rata berukuran besar dan tebal. "Setahun terakhir ini memang kelihatan semakin banyak yang menerbitkan buku jenis referensi yang tebal-tebal," ujarnya.

Harga buku-buku referensi Islam yang tebal-tebal itu cukup mahal. Rata-rata di atas Rp 100 ribu. Meski begitu, ternyata animo pembelinya lumayan tinggi. Agus menuturkan, seorang pembeli tanpa ragu merogoh koceknya lebih dari Rp 1,4 juta untuk membeli dua bundel fikih, yang terdiri atas tiga volume. "Justru sekarang ini sepertinya yang laku ya buku-buku yang tebal itu."

Salah satu buku referensi yang angka penjualannya cukup tinggi, tutur Agus, adalah M.Quraish Shihab Menjawab; 1001 Soal Keislaman. Agus bercerita, pernah melihat sendiri seorang ibu memborong 20 eksemplar buku terbitan Lentera Hati, Ciputat, Tangerang tersebut.

Buku karangan Quraish itu mengupas pelbagai pertanyaan, baik tentang ajaran maupun problema sehari-hari dalam menjalankan ibadah. Misalnya ada pertanyaan soal boleh-tidaknya menyikat gigi setelah imsak.

Selain itu, Lentera menerbitkan buku karya Quraish lainnya: Ensiklopedi Al-Quran: Kajian Kosakata dan Tafsirnya. Lalu ada juga Tafsir Al-Mishbah, yang terdiri atas 15 volume, yang setiap volumenya rata-rata lebih dari 500 halaman.

Penerbit Litera AntarNusa juga ikut meramaikan pasar buku referensi dan ensiklopedia Islam dengan menerbitkan karya klasik penulis Mesir, Muhammad Husain Haekal. Litera menerbitkan empat buku berseri karya Haekal, antara lain Sejarah Hidup Muhammad, Usman bin Affan, dan Ummar bin Khattab.

Berdasarkan penelusuran Tempo di beberapa toko buku, mayoritas buku referensi Islam yang ditawarkan berupa tafsir Al-Quran dan hadis serta pembahasan soal salat dan zikir.

Namun, tema yang paling banyak adalah kupasan pelbagai sisi Nabi Muhammad, dari perjalanan hidup hingga caranya menjalankan ajaran agama.Peluang bisnis buku referensi Islam ini membuat kelompok penerbit Grafindo Khazanah Ilmu ikut pula menjajalnya. Menurut Direktur Grafindo Hery Sucipto, riset kecil-kecilan yang mereka buat menunjukkan bahwa masyarakat, khususnya di kelas ekonomi menengah ke atas, memang mulai tertarik pada buku referensi.

Namun, Hery tak mau mengikuti tema-tema yang sudah ada, dan mencari celah. Akhirnya Grafindo memilih ensiklopedia tentang aliran, gerakan, dan partai Islam di seluruh dunia.

Buku setebal 700 halaman ini ditulis Abdul Mun'im al-Hafni, seorang sejarawan dari Timur Tengah.

Hery sengaja menerbitkan buku tersebut pada bulan puasa. Soalnya, pada bulan puasa biasanya peningkatan pembelian buku Islam cukup tajam. Ia juga mencetak 3.000 eksemplar karena optimistis buku ini tak hanya diminati di bulan Ramadan, tapi juga sepanjang tahun.

Penerbit Mizan punya alasan sendiri menerbitkan buku-buku referensi Islam belakangan ini. Menurut CEO Penerbit Mizan Pangestuningsih, dia melihat ada kejenuhan di kalangan pembaca terhadap buku yang ada selama ini, yang kebanyakan membahas berbagai sendi agama Islam hanya secara singkat serta sebatas berisi panduan-panduan ibadah praktis.

Mizan mencoba mengatasi kejenuhan tersebut dengan menerbitkan kembali buku-buku klasik yang dibuat oleh ulama-ulama di jazirah Arab. Ternyata buku-buku tersebut mendapat sambutan yang baik.

Bahkan, ketika Mizan masih mencetak Mutiara Riyadhushalihiin, buku Imam Al-Nawawi tentang akhlak dan amal, sebuah yayasan di Jawa Timur telah memesannya sebanyak 5.000 eksemplar. "Inilah yang mendorong kami terus menggarap buku-buku babon agama Islam lainnya," kata Tutuk, sapaan Pangestuningsih.

Besarnya antusiasme itu membuat Tutuk yakin karya klasik masih punya daya tarik yang tak lekang waktu. "Cuma memang, kami harus mengolahnya lagi agar penyajiannya lebih populer dan tidak sekaku dulu."

Tingginya angka penjualan buku referensi juga tak hanya terjadi lewat jalur toko buku. Pelangi Mizan, yang memfokuskan diri pada penerbitan buku ensiklopedia yang dijual lewat sistem direct selling, juga mencatat tren tersebut.

CEO Pelangi Mizan Irfan Amalee melihat, dalam dua tahun terakhir ada peningkatan permintaan terhadap buku-buku referensi yang berisi dasar-dasar pengetahuan Islam. "Masa buku sekali baca sepertinya sudah lewat," ujar Irfan. "Orang mulai tertarik mencari buku referensi, yang bisa dijadikan rujukan berbagai hal dalam agama."

Irfan menceritakan, buku referensi, apalagi ensiklopedia, yang penuh gambar, butuh waktu pengerjaan yang lama dan investasi hingga miliaran rupiah. Karena itu, Pelangi Mizan tak terlalu memasang target tinggi. Di luar dugaan, berbagai ensiklopedia yang sudah mereka pasarkan, seperti Ensiklopedia Bocah Muslim, sudah masuk cetakan keenam atau sudah laku sekitar 18 ribu kopi.

Yang membuat Irfan yakin bahwa bisnis buku referensi akan semakin menjanjikan adalah penjualan terbitan terbaru mereka, Ensiklopedia Muhammad karya penulis asal Pakistan, Afzalur Rahman. Menurut dia, jauh sebelum ensiklopedia ini selesai dicetak, sudah ada pemesanan hingga seribu eksemplar.

Tentu saja tren itu sangat menguntungkan bagi Pelangi Mizan. Namun, lepas dari itu, Irfan berpendapat, ketertarikan terhadap buku babon tersebut menunjukkan semakin dewasanya pembaca di Indonesia. "Buat saya, ini pertanda yang bagus bagi dunia Islam di Indonesia."

Sumber: tempointeraktif.com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites