Jumat, 31 Juli 2009

Bom Marriott dan Ritz-Carlton Diduga Buatan Upik

Upik Lawanga alias Taufik Bulaga, pelaku aksi kekerasan di Poso, diduga sebagai pembuat dua bom yang diledakkan di Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton pada 17 Juli lalu. Ia murid langsung Dr Azahari.

Menurut sumber Tempo di kepolisian, spesifikasi bom bunuh diri tersebut identik dengan bom yang meledak di Tentena, Kecamatan Pamona Utara, Poso, Sulawesi Tengah, pada 2005. Bom itu dirakit oleh Upik. "Yang sekarang ada kemiripannya," kata seorang perwira polisi yang menangani kasus Poso itu di Jakarta kemarin.

Ia menuturkan, Upik mendapat ilmu meracik bom langsung dari ahlinya. Namun, ia tak menjawab siapa ahli yang dimaksud. "Dia (Upik) sempat ditangkap, tapi kabur." Berdasarkan data Tempo, Upik dicokok pada Januari 2007 oleh Kepolisian Daerah Sulawesi Tengah.

Perwira lain yang menangani kasus bom Marriott-Ritz juga memastikan semua bom yang ditemukan akhir-akhir ini dibuat oleh orang yang sama. "Ini dibuat oleh ahlinya, punya ciri khusus. Tak meleset, seperti hand writing, kok," ujarnya. Ciri khusus itu, ia menuturkan, terlihat pada bungkus, kontainer, serta elektrikalnya.

Juru bicara Markas Besar Kepolisian RI, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna, pun menyatakan bom dirakit oleh orang lama. Polisi bahkan sudah mengantongi nama si perakit. "Tentu kami sudah punya daftarnya," ucapnya

Dalam buku Indonesian Top Secret: Membongkar Konflik Poso, yang ditulis Komisaris Besar M. Tito Karnavian, Upik dipanggil "Prof" oleh teman-temannya karena kemahirannya merakit bom. Prof adalah kependekan dari profesor.

Dynno Chressbon, pengamat intelijen yang dekat dengan kepolisian, menjelaskan rangkaian bom di Kamar 1808 Hotel Marriott yang tak meledak identik dengan bom di Poso, Bali II pada Oktober 2005, bom di Kedutaan Australia, Cilacap, Wonosobo, dan Palembang. "Dulu pakai gotri, sekarang pakai mur."

Upik, kata dia, adalah pemain lama di Poso, Sulawesi Tengah. Upik tersangka kasus Tentena, pembunuhan tiga siswi, pembunuhan pendeta, dan kerusuhan agama di Loki (Ambon). Upik juga diketahui sebagai murid langsung Dr Azahari, tokoh teroris asal Malaysia yang telah ditembak mati di Batu, Jawa Timur, pada 2005.

Pengamat kepolisian Alfons Loemao berpendapat, terjadinya ledakan bom dengan pola yang sama menunjukkan bahwa pendeteksian dan pencegahan oleh kepolisian tak berjalan. "Nah, polisi baru saja mendata toko kimia setelah bom kemarin," katanya dalam sebuah diskusi tentang terorisme di Jakarta kemarin. "Tindakan ini sangat terlambat."

Menurut pensiunan polisi itu, sosialisasi mengenai penjagaan juga kurang maksimal. Petugas keamanan hotel, mal, atau tempat umum lainnya belum tentu memahami betul cara mendeteksi bom. Alat yang digunakan saat ini hanya detektor logam sehingga luput mengenali zat pembuat bom.

Smber: tempointeraktif.com

Ibrohim Direkrut oleh Jaringan Bogor


Jejak keterlibatan Ibrohim dalam jaringan teroris Jamaah Islamiyah yang beroperasi di Indonesia makin terkuak. Penata bunga di Hotel Ritz-Carlton yang dicurigai polisi ikut berperan dalam peledakan bom di dua hotel pada 17 Juli lalu itu diduga direkrut oleh jaringan Bogor, Jawa Barat.

Seorang perwira di kepolisian yang kemarin dihubungi Tempo mengatakan keberadaan Ibrohim mulai terlacak sejak pekan lalu. Sinyal telepon genggamnya sempat terdeteksi di daerah Cilacap, Jawa Tengah. Bahkan, kata dia, tim Detasemen Khusus 88 Antiteror berharap pria 36 tahun yang biasa dipanggil Boim itu bisa ditangkap dalam waktu dekat. "Mudah-mudahan pekan ini," katanya.

Dia menjelaskan, polisi mulai mengungkap teka-teki jaringan teror ini setelah melakukan olah tempat kejadian ledakan dan mencocokkannya dengan data yang sudah ada. Data itu berkaitan dengan material bom dan para personel kelompok yang terkait dengan gembong teror Noor Din M. Top.

Adapun peran Ibrohim dalam peledakan di Ritz-Carlton diungkapkan oleh para saksi yang diperiksa dan rekaman CCTV di hotel tersebut. Ia diduga membantu meloloskan pelaku dan bom ke dalam hotel.

Pengamat intelijen Dynno Chressbon, yang dekat dengan satuan polisi yang memburu kelompok ini, menjelaskan bahwa anggota jaringan seperti Ibrohim biasanya diajak ikut operasi setelah lima tahun aktif dalam organisasi. Ibrohim bergabung dalam jaringan ini karena direkrut seseorang yang tinggal di Bogor.

Orang ini sebelumnya direkrut oleh Nurhadi alias Nurhasbi, anggota jaringan Noor Din yang hingga kini juga masih diburu. "Itu jaringan yang dulu dibina oleh Hambali yang berasal dari Cianjur," kata Dynno. Hambali hingga kini masih ditahan otoritas Amerika Serikat atas tuduhan terlibat terorisme.

Polisi mengenali Nurhadi sebagai rekan seangkatan Asmar Latin Sani dalam jaringan teroris ini. Asmar tewas dalam aksi bom bunuh diri di Hotel JW Marriott pada 2003. Nurhadi dan Asmar yang menyiapkan peledakan itu. "Nurhadi mendampingi Noor Din Moh. Top sejak di Palembang," ujar Dynno.

Asmar juga kakak ipar Rusman Gunawan (Gun Gun), adik kandung Hambali.
Gun Gun alias Abdul Hadi alias Abdul Karim alias Bukhori pernah ditangkap intelijen Pakistan pada September 2003. Setelah dideportasi ke Indonesia, ia diadili dan divonis 4 tahun pada 2004 oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat karena dinyatakan terbukti membantu aksi terorisme. Gun Gun kini tinggal di Bengkulu.

Penelusuran Tempo di Bengkulu berhasil menemukan toko yang dikelola keluarga Gun Gun. Namun, tak banyak keterangan yang bisa didapat. "Kejadian yang menyangkut adik saya sudah bertahun-tahun yang lalu dan tidak ada hubungannya lagi dengan peledakan JW Marriott yang sekarang," kata seorang perempuan yang menjaga toko tersebut.

Sumber: tempointeraktif.com

Kamis, 30 Juli 2009

Mesiu di Balik Rangkaian Bunga

KAMAR itu bak kapal pecah. Seprai, bantal, dan kasur acak-acakan. Sebuah komputer jinjing tergeletak di atas tempat tidur. Bagian belakang televisi terbongkar dengan kabel berjuntai lepas. Di satu sudut, tergeletak koper terbuka dengan rangkaian bom yang siap meledak. Saat diterobos po lisi, Jumat dua pekan lalu, kamar 1808 Hotel JW Mar riott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan ini sudah di luluh-lantak.

”Bom ketiga masih aktif saat itu,” kata Kepala Bidang Penerangan Umum Divisi Hubungan Masyarakat Markas Besar Kepolisian RI, Komisaris Besar Ketut Untung Yoga Ana, Kamis pekan lalu. Meski begitu, timer bom sudah tak berdetak. ”Bom ini yang seharusnya meledak lebih dulu,” katanya. Regu penjinak bom polisi bergerak sigap. Dengan cekatan, sejumlah kabel dipotong dan perangkat mematikan ini pun lumpuh.

Kurang-lebih setengah jam sebelumnya, dua bom menebar maut di JW Lounge, Hotel JW Marriott, dan Restoran Airlangga, Hotel Ritz-Carlton. Disetel hampir bersamaan dengan jeda 10 menit ledakan kembar ini mengoyak kete nangan Indonesia, yang empat tahun terakhir tanpa bom. Sembilan orang tewas, termasuk dua orang pelaku bom bunuh diri. Tak kurang dari 55 orang menderita luka-luka.

Temuan bahan peledak beserta seluruh isi kamar 1808 adalah durian runtuh buat polisi. Di sana polisi juga menemukan sepuluh set sidik jari terserak di seantero kamar plus segepok alat bukti. Semuanya petunjuk penting untuk melacak dalang aksi berdarah ini.

Kamar ini ditemukan tak sengaja. Sesaat setelah evakuasi korban rampung, tim Gegana polisi langsung menyisir daftar tamu. Nama ”Nurdin” yang tercatat sebagai penghuni kamar 1808 langsung membangkitkan curiga. ”Insting penyidik mencium sesuatu,” kata sumber Tempo di kepolisian.

Sampai akhir pekan lalu, polisi yakin kamar 1808 di JW Marriott adalah pusat komando operasi peledakan. Di sinilah para pelaku mempersiapkan bom dan bersiap-siap, sebelum turun ke lobi dan meledakkan diri. Pertanyaannya: bagaimana kelompok teroris bisa menyusup masuk dan menyelundupkan bom mematikan dengan begitu leluasa?

l l l

SEPANJANG pekan lalu, tim Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri bekerja keras mencari keping-keping kecil dari teka-teki raksasa peledak an JW Marriott dan Ritz-Carlton. Belasan petugas dengan topi dan rompi hitam berlogo ”Identifikasi” menyisir kedua lokasi ledakan. Sesekali mereka merunduk, jongkok, dan mengambil sesuatu dari lantai.

”Coba bantu cari mur seperti ini ya,” kata satu petugas forensik polisi kepada karyawan Hotel Ritz-Carlton yang membantunya membersihkan Coffee Shop Restoran Airlangga yang porak-poranda. Mur yang ditunjukkannya berukuran lima sentimenter. Di kedua titik ledakan, mur seperti itu bertebar an di mana-mana. Yang terjauh ditemukan di pinggir jalan raya, hampir 300 meter dari pusat bom.

”Ada juga mur yang menancap di tembok,” kata sumber Tempo di hotel itu. Selain itu, polisi juga rajin mencari serpihan plastik hijau, yang diduga bagian dari Tupperware, wadah plastik yang dipakai pengebom untuk mengemas adonan mautnya.

Sampai empat hari pasca-ledakan, tim forensik masih terus mencari serpihan alat bukti. ”Karena lama belum dibersihkan, bau ruang JW Lounge sekarang amis sekali,” kata satu karyawan JW Marriott. Entah muncul dari mana, kucing-kucing liar menerabas masuk, mencari kerat daging yang tersisa. ”Saya sempat menemukan sepotong tubuh manusia, penuh belatung saking lamanya teronggok di sana,” kata staf lain.

Kombinasi mur baut, Tupperware hijau, plus campuran bahan peledak potasium nitrat belerang arang juga di temukan polisi pada bom yang dijinakkan di kamar 1808. ”Ini bahan peledak yang biasa dipakai kelompok Noor Din Mohd. Top,” kata sumber Tempo di kepolisian. Fakta itu plus cabikan kain di kamar yang serupa dengan serat kain di tubuh pengebom bunuh diri—memperkuat dugaan bahwa bom dipersiapkan di kamar tersebut.

Dalam aksi-aksi teror sebelumnya, kelompok Noor Din biasa menggunakan gotri sebagai penambah daya bunuh bom mereka. Saat meledak, gotri ini melesat bagai peluru ke segala arah. ”Kali ini, untuk pertama kalinya, peran gotri diganti mur baut,” kata sumber Tempo.

Perubahan signifikan kedua yang dilakukan para pelaku kali ini adalah keberaniannya menyerang sasaran dari dalam. Dalam semua aksi sebelumnya, serangan selalu dilakukan dari luar. Bom Bali pertama pada Oktober 2002, bom Marriott pertama setahun kemudian, dan bom di Kedutaan Besar Australia pada September 2004, menggunakan pola serangan bom mobil: menghantam target dari jalan raya.

”Serangan dari dalam membutuhkan perencanaan yang lebih matang, serta akurasi dan ketelitian,” kata analis keamanan, Noor Huda Ismail, pekan lalu. Dia menduga operasi pengeboman ini dijalankan sedikitnya tiga tim terpisah: tim surveillance yang memeriksa lokasi, tim logistik yang menyiapkan bom, dan tim eksekutor. ”Persiapannya mi nimal dua-tiga bulan,” kata Huda.

Sumber Tempo lain menunjukkan satu bukti kecanggihan kerja pelaku bom kali ini. ”Mereka tahu persis bakal ada pertemuan bisnis Castle Asia yang dihadiri banyak tamu penting pada hari dan jam itu,” katanya. Bahkan dia berani bertaruh, pengebom tahu tidak ada satu kamera cctv pun di area JW Lounge, tempat rapat berlangsung. ”Kamera cctv ada di Restoran Syailendra, dan karena itulah mereka menghindari tempat itu.”

Ada satu faktor lagi, yang amat menentukan keberhasilan serangan ma cam ini: bantuan orang dalam.

l l l

IBROHIM bukan orang baru di kalangan perhotelan. Pria 38 tahun, berperawakan tinggi, dan berkulit cerah ini pernah lama bekerja di Hotel Mulia, Senayan, Jakarta. ”Sejak 1998 dia bekerja di sini sebagai penata bunga,” kata satu karyawan Hotel Mulia yang menolak disebut namanya, pekan lalu.

Pada 2005, Ibrohim, yang biasa dipanggil Boim oleh kawan dekatnya, pindah kerja ke Hotel Ritz-Carlton. Saat itu hotel bintang lima milik konglomerat properti Tan Kian ini baru saja resmi beroperasi. Menurut rekannya di Hotel Mulia, pemicu kepindahan Boim sebenarnya sepele: ada staf lain yang masa kerjanya lebih pendek namun mendapat promosi terlebih dulu. ”Boim merasa dianaktirikan,” kata satu rekannya.

Namun rekannya yang lain punya pendapat berbeda. Di Hotel Mulia, posisi Boim adalah karyawan tetap. Gajinya sekitar Rp 3 juta per bulan. Sementara di Hotel Ritz-Carlton, meski sama-sama bekerja di bagian florist, dia hanya karyawan outsourcing. Pendapatannya terakhir ditaksir hanya Rp 2 juta per bulan. ”Untuk pegawai hotel, ini mencurigakan. Kenapa dia mau turun status dan turun penghasilan?” tanya satu mantan kawan sekerja Boim.

Di tempat kerja, Boim dikenal pendiam, sopan, dan taat beragama. Saban hari, sebelum jam kerja dimulai, dia kerap terlihat di musala hotel, me nu naikan salat duha. ”Dia juga tidak mau bergaul dengan orang yang suka hura-hura, dan tidak suka keluar malam,” kata kawannya. Dalam pesta tahunan karyawan yang digelar manajemen hotel, Boim tak pernah terlihat joget. ”Orangnya lurus,” katanya.

Di Ritz-Carlton, perilaku seperti itu diteruskannya. ”Orangnya nggak aneh-aneh, kerjanya juga bagus,” kata satu karyawan Ritz, yang juga menolak disebut namanya, kepada Tempo. Sebagai penata bunga, Boim memiliki akses untuk pergi ke semua lantai, meski tidak dibekali kunci master kamar. Sehari-hari, dia tidak memakai seragam dan tidak mengenakan tanda pengenal. ”Kadang hanya pakai jeans dan kaus polo,” katanya.

Andi Nurhandi, kawan satu kos Boim di Jalan Eks AURI, Mega Kuningan, mengaku sudah menangkap gelagat buruk ketika rekannya membuat surat wasiat satu hari sebelum bom meledak. ”Isinya pesan agar kami tidak mening galkan salat lima waktu,” kata Andi. Rosi, rekan kerja Boim yang lain, tidak membantah cerita Andi. ”Saya sudah laporan polisi. Sudah ya,” katanya ketika dihubungi via telepon, pekan lalu.

Sidney Jones, analis terorisme Asia Tenggara, menilai adanya surat wasiat semacam itu adalah indikasi kuat Ibrohim dipersiapkan jadi ”pengantin”. Sejak bom Bali kedua, empat tahun lalu, para pengebom bunuh diri menamakan diri mereka: ”pengantin”.

l l l

”SISTEM keamanannya sudah rusak,” kata sumber Tempo yang paham seluk-beluk pengamanan Hotel JW Marriott, pekan lalu. Dia mengaku tak heran bahan peledak bisa diselundupkan dengan leluasa ke dalam hotel berbintang lima itu. Terus terang dia membeberkan beberapa bolong model pengamanan, mulai dari hal kecil seperti penerapan prosedur standar operasi yang tidak konsisten sampai soal gawat seperti rusaknya peralatan.

Salah satu kunci lolosnya bahan peledak ke dalam hotel adalah rusaknya empat alat deteksi bom milik Mar riott. ”Sudah lama rusak, diminta perbaikan, belum juga dipenuhi,” katanya. Alat khusus bernama vapor and trace detector (VTD) itu berharga Rp 500 juta sebiji. Bentuknya seperti ga gang penyedot debu. ”Dipakainya mudah, tinggal moncongnya dimasukkan ke tas tamu, langsung bisa mendeteksi bahan kimia atau mesiu,” kata sumber ini. Karena itulah, saat para pelaku memasuki hotel, pemeriksaan hanya dilakukan manual, dengan tangan.

Tak hanya itu, berbeda dengan standar pengamanan hotel berbintang lima lainnya, Ritz-Carlton dan JW Marriott tidak dilengkapi kamera pengawas cctv di setiap koridor kamar. ”Akibatnya, siapa saja yang keluar masuk kamar tidak terpantau sempurna,” katanya.

Menurut sumber Tempo, penghuni kamar 1808 memasang tanda ”do not disturb” di pintu kamarnya dua hari berturut-turut, tanpa sekali pun dipe riksa petugas keamanan. Padahal, di banyak hotel lain, jika tanda itu dipa sang tiga jam saja tanpa dilepas, manajer yang bertugas harus turun mengetuk pintu kamar. ”Kualitas pengamanan memang menurun,” katanya.

Semua kelemahan ini diperparah oleh buruknya kinerja petugas keamanan di pintu keluar-masuk staf hotel. Menurut pengakuan staf Ritz-Carlton, pemeriksaan badan atas karyawan dilakukan asal-asalan. ”Bahkan, jika sudah kenal dengan petugas itu, meski detektor berbunyi, kita bisa terus masuk,” katanya. Pelatihan pengenalan bahan bom, surveillance, dan counter-surveillance yang dulu pernah diberikan Kedutaan Besar Amerika Serikat tak berbekas.

Staf Hubungan Masyarakat Hotel JW Marriott menolak berkomentar tentang temuan ini. ”Saya tidak punya otoritas untuk menjawab,” kata satu staf. Pesan pendek yang dikirimkan Tempo pun tidak direspons.

Sumber: majalah.tempointeraktif.com

Bahasa di "Blog" Bukan Gaya Noordin M Top


Orang yang mengaku Noordin M Top menulis pengakuan di blog. Dia mengaku, kelompoknya meledakkan Hotel JW Marriott dan Ritz-Carlton karena sering dipakai sebagai tempat berkumpulnya intelijen ekonomi Amerika Serikat dan tempat menginap pemain Manchester United.

Mantan Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Hendropriyono meyakini, blog tersebut bukan dibuat oleh Noordin. "Gaya bahasa dalam blog berbeda dengan gaya Noordin. Saya bisa katakan, itu bukan buatan dia," kata Hendro, Rabu (29/7).

Menurut dia, kelompok teroris baru mengeluarkan pernyataan terbuka ketika berada di atas angin. "Sementara itu, Noordin sekarang kan dalam posisi terjepit karena terus diburu aparat keamanan di berbagai tempat. Noordin, yang saat ini tengah berada di tempat persembunyian, kecil kemungkinan mengambil risiko membuat pernyataan di internet," katanya.

Belum diketahui tulisan di blog bertanggal 26 Juli 2009 tersebut dibuat Noordin dan kelompoknya atau perbuatan orang iseng. Mabes Polri akan melakukan penelusuran untuk menguji validitasnya.

"Yang pasti, Polri akan terus melakukan penyidikan terhadap kasus pengeboman itu dengan mendasarkan pada pembuktian ilmiah atau scientifict criminal investigation," ujar Wakadiv Humas Brigjen Sulistyo Ishak.

Adapun pengamat telematika, Roy Suryo, mengatakan, blog tersebut dimuat dalam website arrahmah.com yang pernah merilis foto-foto tiga terpidana mati kasus Bom Bali I (Imam Samudera, Ali Ghufron, dan Amrozi) setelah menjalani eksekusi. Oleh karena itu, pengelola situs itu diduga punya hubungan dekat dengan kelompok Jemaah Islamiyah (JI).

"Menurut saya, blog berisi pernyataan itu jadi menarik perhatian karena dimuat di website arrahmah.com. Oleh karena itu, perlu diteliti lebih dalam lagi karena secara teknologi, bisa dilacak," katanya.

Saat pengeboman, di JW Lounge (Restoran Syailendra), JW Marriott, berlangsung breakfast meeting sejumlah eksekutif bisnis perusahaan minyak dan gas, di antaranya Presiden Direktur PT Holcim Indonensia Tbk Timothy Mackay, Patrick Foo (Ael Indonesia), Edward Thiessen (Alstom Power), Pedro Sole (Alstom Power), David Potter (PT Freeport Indonesia), dan Andy Cobham (Hill&Associates).

Selain itu, hadir pula Kevin Moore (Husky Energy), Mariko Yoshihara (JAC Indonesia), Noke Kiroyan (Kiroyan Partners), Roy Widosuwito (Perfetti Van Melle Indonesia), Nathan Verity (Verity HR), James Castle (Castle Asia), dan Max Boon (Castle Asia).

International Crisis Group (ICG) dalam analisis terbarunya menyatakan, pengebom memang menyasar kelompok eksekutif bisnis berkewarganegaraan asing yang melakukan pertemuan di tempat tersebut. Manakala muncul korban dari kelompok tersebut, efek internasionalnya jauh lebih besar daripada orang asing biasa, seperti pada bom Bali I dan Bali II. "Bisa jadi benar, tapi belum bisa dipastikan kebenarannya. Sebelumnya pernah ada juga situs serupa, yaitu anshar.net," ujar Direktur ICG Sidney Jones.

Sumber: KOMPAS.com

Dokter Michael Jackson Terlilit Utang


Dokter Conrad Murray yang menangani Michael Jackson ternyata punya utang hampir US$ 435 ribu (sekitar Rp 4,35 miliar) dari keputusan pengadilan dan kewajiban membayar gadai selama dua tahun. Demikian penjelasan dokumen pengadilan yang dikutip CNN. Saat terlilit utang itulah dia menjadi dokter bagi Michael Jackson dengan mendapat gaji US$ 140 ribu (sekitar Rp 1,5 miliar) per bulan.

Sebelum bekerja dengan King of Pop itu, Murray menghabiskan waktunya dengan bekerja di klinik Nevada dan Texas setelah lulus dari Meharry Medical College, sebuah universitas legendaris bagi kalangan warga kulit hitam di Nashville, Tennessee, pada 1989. Dia menghabiskan tugas belajar bertahun-tahun di rumah sakit California.

Pada klinik di Houston, Texas, dan Las Vegas, Nevada, pasiennya terkejut ketika Murray meninggalkan prakteknya untuk bekerja dengan Michael Jackson.

Setelah kematian Michael Jackson, Murray banyak dikaitkan dengan sang bintang itu. Dia disebut-sebut sebagai tertuduh di balik kematian Michael Jackson.

Kendati begitu, banyak pasiennya yang meragukan tudingan itu. "Saya tak peduli apa kata orang. Dia benar-benar doktor yang bagus," kata seorang mantan pasien Murray, Mary Webb kepada jaringan TV afiliasi CNN KTNV-TV.

Meski banyak pasien, Murray terbelit utang tak lama setelah dia lulus. Dia dinyatakan bangkrut oleh pengadilan pada 1992 dan dia harus membayar kewajiban gadai sebesar US$ 44.663 (sekitar Rp 440 juta) di Arizona dan California dari 1993 hingga 2003.

Dokter Murray yang mendamping Michael Jackson hingga meninggal itu puny akantor di Hosuton dan Las Vegas. Dia membuka praktek khusus penyakit jantung dan penyakit dalam, demikian rekaman medis yang tercatat di negara.

Murray mengalami kesulitan keuangan ketika mulai membuka klinik--sesuatu yang tak banyak diketahui pasiennya. Orang hanya tahu bahwa dia punya rumah mewah seharga miliaran rupiah di dekat kawasan wah di REd Rock Country Club di Las Vegas.

Murray beberapa kali diadili gara-gara utang, antara lain utang untuk biaya kuliah dan membeli peralatan.

Dalam pernyataan yang dilansir di websitenya, pengacara Murray mengatakan Murray tetap mengunjungi pasiennya di Houston. Biaya menjaga hubungan dengan pasien inilah yang membuat besar pasak daripada tiang alias "lebih tinggi ketimbang pendapatan yang dia peroleh," kata Ed Chernoff dalam keterangannya.

Murray kemudian disewa oleh promotor tur Michael Jackson di musim panas ini, AEG. Dia diminta merawat Jackson untuk tur keliling ke 50 kota.

Perkenalan Murray dan Michael Jackson itu dimulai ketika dia merawat salah satu anak Jackson atas rekomendasi dari seorang pengawal Jackson. "Dia bukan dokter pertama bagi Jackson," kata Chernoff kepada CNN empat hari setelah kematian Jackson. "Dia mulanya hanya teman bagi Jackson dan dia merawat Jackson seperti keluarganya sendiri," katanya.

Namun, sekarang keluarga Jackson menuduh Murray melakukan malpraktek. Dia kini juga menjadi target pencarian polisi. Kantor Murray di Houston diperiksa polisi pekan lalu dan kantor di Las Vegas digeledah Selasa lalu. Belum ada tuduhan yang dialamatkan ke dokter yang mengaku senang hidup bersama para selebritas itu.

Penggeledahan itu dilakukan setelah ada dugaan bahwa Michael Jackson meninggal karena obat yang terllau keras. Obat tersebut dikenal sebagai Diprivan atau propofol, sebuah obat bius yang biasa dipakai di rumah sakit.

Saat mengobati Jackson, Murray tak punya lisensi di California, sehingga dia tak bisa mengobati sang mega pop itu di rumah sakit, sampai dia meninggal.

Murray tak mau berkomentar seputar kematian Jackson. Chernoff, pengacaranya, menjelaskan, "dia tak meresepkan obat yang membunuh Michael Jackson

Seorang pasien Murray tak setuju tudingan itu. Seorang pasien di Houston mengaku dia telah tertolong jiwanya berkat bantuan Murray dari serangan jantung.

"Jika saya disuruh memberi nilai kepada Dr. Conrad Murray dengan kisaran 1 sampai 100," kata Ruby Mosley kepada afiliasi CNN, KHOU-TV, "Saya akan memberikan dia 100."

Smber: Tempo interaktif

Jejak Perangkai Bunga di Balik Ledakan Bom

Sosok florist Ibrohim yang menghilang makin diduga kuat terlibat peledakan bom di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton. Dugaan yang menguat ini diperoleh polisi setelah menggelar rapat analisis dan evaluasi (anev) di Hotel JW Marriott, Senin siang lalu. Rapat ini membahas presentasi dari Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri dan pihak sekuriti hotel. Dari temuan di tempat kejadian perkara (TKP) yang disisir sepanjang pekan lalu sampai rekaman CCTV yang diputar berulang-ulang. ''Di situ ditampilkan semua rekaman CCTV hotel, termasuk surat pengunduran diri Ibrohim dari Cynthia Florist,'' ujar sumber Gatra.

Polisi juga menelusuri lalu lintas telepon seluler yang digunakan Boim. Diketahui, pada Jumat nahas itu Boim datang pagi banget, pukul 05.00. Lelaki 37 tahun ini diduga memasukkan pengebom yang beraksi di The Ritz-Carlton melalui staff entrance pada pukul 07.00. Sebagai penata bunga yang sudah empat tahun dipekerjakan di The Ritz-Carlton, Boim dapat leluasa keluar-masuk hotel jaringan Amerika milik konglomerat properti Tan Kian itu.

Diduga pula, Boim membantu menyelundupkan bahan peledak dan rangkaiannya ke dalam hotel secara bertahap. Sejak awal kejadian, polisi telah menyimpulkan bahwa aksi terorisme itu dibantu orang dalam. Menjelang bom meledak, Boim sempat mengirim pesan singkat (SMS) kepada Manajer Cynthia Florist, Andriana Rosina.

Pesan singkat itu dikirim pada pukul 07.40, atau sekitar tujuh menit sebelum bom menghancurkan JW Lounge di Hotel JW Marriott, sebagaimana terekam dalam tanda waktu pada CCTV hotel. Intinya, Boim mau pulang dan minta digantikan florist bernama Hasan. ''Ros, gw plg. p hasan suruh msk. gw dpt gawean baru,'' begitu bunyi pesan singkat yang dikirim Boim melalui telepon selulernya bernomor 0812 893 35xxx.

Boim sempat pula meninggalkan surat pengunduran diri yang terkesan sekaligus sebagai ''wasiat''-nya. Dalam surat yang ditemukan rekan kerjanya itu, Boim juga menulis bahwa bila ada utang yang belum terbayar, ia meminta kantor memotong dari uang gajinya. Menurut beberapa temannya, Boim memang suka ngebon di tempatnya bekerja. Tapi Sucihani menegaskan bahwa suaminya tidak punya utang, juga tidak meninggalkan wasiat.

Sebelum menggelar anev, polisi melakukan pra-rekonstruksi seputar peristiwa pengeboman di Hotel JW Marriott dan The Ritz-Carlton. Wartawan Gatra Jefita Valianti melaporkan, acara tertutup yang dijaga ketat polisi dan petugas keamanan hotel ini sifatnya hanya ''mengaktualisasikan'' cuplikan peristiwa yang terekam dalam kamera CCTV hotel, termasuk keterangan sejumlah saksi.

Kakak kandung Boim, Abdullah Syukri, mengatakan bahwa adiknya itu bukan sosok pendiam, melainkan gemar pula bercanda. Soal ibadah, diakuinya bahwa Boim sangat taat. Tapi ia keberatan jika ketaatan ibadah itu dikait-kaitkan dengan terorisme atau perilaku radikal. ''Saya juga bingung dengan stigma itu,'' ujar Abdullah Syukri, yang meragukan adiknya terlibat pengeboman.

Atas pemberitaan yang memojokkan Boim, Abdullah Syukri mengaku prihatin sekaligus pasrah. Dia pun menyatakan bersedia membantu polisi. ''Kalau kami tahu di mana dia, akan kami kasihtahu. Kami ingin masalah ini cepat selesai,'' katanya serius. Sejauh mana dugaan keterlibatan Ibrohim alias Boim?

Sumber: gatra.com

Klaim Noor Din di Blog Diragukan

Sejumlah kalangan ragu terhadap klaim pengakuan pelaku peledakan bom di JW Marriott dan Ritz-Carlton yang dilansir lewat blog. Blog yang beralamat di http://mediaislam-bushro.blogspot.com/ itu memuat keterangan resmi dari Amir Tandzim Al-Qaidah Indonesia, Noor Din M. Top. Mereka mengaku bom itu hasil kerja mereka.

Keraguan itu antara lain diungkapkan oleh mantan Mantiqi Jamaah Islamiyah, Nasir Abbas, semalam. "Tulisan di situ berbeda dibanding surat-surat dari dia yang disita sebelumnya," ujar Nasir.

Klaim tersebut dikirim terakhir pada 26 Juli pukul 22.02 WIB. Sebelumnya, posting yang sama juga dipublikasikan pada 18 Juli 2009, sehari setelah ledakan di Marriott dan Ritz, dengan alamat http://bushro2.bblogspot.com/.

Namun, klaim ini diragukan oleh Nasir. Mereka menyoroti banyaknya kesalahan penulisan dalam situs tersebut. Kesalahan pertama, menurut Nasir, adalah penulisan nama “Nur Din” yang terpisah, sementara dalam surat-surat sebelumnya kata Noordin ditulis tersambung. Selain itu, Nasir melanjutkan, banyak ejaan yang salah.

"Noor Din orang yang pintar. Sementara ejaan-ejaan tulisan itu banyak yang tidak tepat, misalnya penulisan Hotel Rizt Calrton (seharusnya Ritz-Carlton)," kata Nasir. "Apalagi penulisan dalam bahasa Inggris, dia nggak mungkin salah."

Melacak siapa pemilik blog tersebut bisa susah-susah gampang. Bila pemiliknya amatir, akan mudah dilacak. Caranya, meminta daftar IP address yang mengunggah naskah tersebut ke pengelola situs Blogspot.com, yakni Google. IP address adalah alamat komputer pengakses (bisa diketahui dari negara mana, bahkan dari komputer yang mana: komputer pribadi, warnet, atau komputer milik penyedia jasa Internet, seperti Telkom atau Indosat). Dari alamat ini bisa dilacak nomor telepon dan alamat pengakses.

Itu bila penulis blognya kelas amatir. Bila pintar, ia bisa menyembunyikan IP address itu dengan memakai alamat palsu atau biasa disebut IP anonymous. Contohnya, bila dia dari Indonesia, dia bisa saja memakai alamat IP dari Rusia untuk mengaburkannya. "Namun, cara ini pun bukan berarti tidak bisa dilacak," kata Roy Suryo, pengamat telematika. "Situs itu palsu, cuma memancing di air keruh."

Wakil Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigadir Jenderal Soelistyo Ishak kemarin menyatakan, "Kami tidak akan terkecoh dengan pengakuan yang belum pasti itu, dan akan meneliti hingga dapat membuktikan kebenaran situs tersebut.”

Sumber: TEMPO Interaktif

Rabu, 29 Juli 2009

Inilah 5 Alasan Noordin M Top Membom Ritz Carlton


Teroris kelas kakap yang tengah diburu di Indonesia, Noordin M Top, memiliki lima alasan kenapa dia menyerang Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Dalam pernyataan atas nama Noordin yang beredar di internet, warga Malaysia itu terang-terangan menuliskan alasannya.

Pernyataan tersebut bertajuk ‘Keterangan Resmi Tadzim Al Qo’idah Indonesia atas Amaliyat Jihadiyah Istisyhadiyah di Hotel JW Marriott Jakarta’ dan Keterangan Resmi Tandzim Al Qo’idah Indonesia atas Amaliyat Jihadiyah Istisyhadiyah di Hotel Ritz Carlton Jakarta’. Kedua pernyataan itu diatasnamakan Amir Tandzim Al Qo’idah Indonesia Abu Muawwidz Nur Din bin Muhammad Top
Hafidzohullah.

Dalam pernyataan resmi soal pengeboman di Ritz Carlton yang dikutip VIVAnews, Rabu 29 Juli 2009, teroris nomor wahid itu mengungkapkan alasannya mengebom Ritz Carlton.

Berikut pernyataan tersebut:

Ini adalah keterangan resmi dari Tandzim Al Qo’idah Indonesia untuk ummat Islam dengan Amaliyat Jihadiyah Istisyhadiyah di Hotel Rizt Calrton Jakarta, pada hari Jum’at pagi, tanggal 17 juli 2009 M./24 Rojab 1430 H. yang dilakukan oleh salah satu ikhwah mujahidin terhadap antek-antek Amerika yang berkunjung di Hotel tersebut.

Sesungguhnya Allah menganugerahkan kepada kami jalan untuk menyerang Hotel termegah yang dimiliki oleh Amerika di Ibukota Indonesia di Jakarta, yaitu Rizt Calrton. Yang mana penjagaan dan pengamanan di sana sungguh sangatlah ketat untuk dapat melakukan serangan seperti yang kami lakukan pada kali ini.

“Mereka membuat Makar dan Allah pun membuat Makar. Dan Allah itu Maha Pembuat Makar”. (QS. Ali Imron : 54).

Adapun sasaran yang kami inginkan dari amaliyat ini adalah :

1. Sebagai Qishoh (pembalasan yang setimpal) atas perbuatan yang dilakukan oleh Amerika dan antek-anteknya terhadap saudara kami kaum muslimin dan mujahidin di penjuru dunia

2. Menghancurkan kekuatan mereka di negeri ini, yang mana mereka adalan pencuri dan perampok barang-barang berharga kaum muslimin di negeri ini

3. Mengeluarkan mereka dari negeri-negeri kaum muslimin. Terutama dari negeri Indonesia

4. Menjadi pelajaran buat ummat Islam akan hakikat Wala’ (Loyalitas) dan Baro’ (Permusuhan), terkhusus menghadapi datangnya Klub Bola Manchaster United) ke Hotel tersebut. Para pemain itu terdiri dari para salibis. Maka tidak pantas ummat ini memberikan Wala’nya dan penghormatannya kepada musuh-musuh Allah ini

5. Amaliyat Istisyhadiyah ini sebagai penyejuk dan obat hati buat kaum muslimin yang terdholimi dan tersiksa di seluruh penjuru dunia.

Sumber : nasional.vivanews.com

Michael Jackson Ternyata Tewas Akibat Obat Penenang


Dokter pribadi Michael Jackson, Dr Conrad Murray, memberikan obat yang dipercaya pihak berwajib menewaskan penyanyi itu, sumber yang mengetahui penyidikan itu memberi konfirmasi ke CNN, hari Senin.

Murray, dokter jantung dari Texas, diduga memberi Jakson obat pematirasa - merek Diprivan - 24 jam sebelum dia meninggal, kata sumber itu.

Pengacara dokter itu dalam pernyataannya hari Senin mengatakan mereka tidak akan mengomentari rumor, sindiran, atau sumber tak dikenal. Sebelumnya, mereka mengatakan Murray tidak pernah meresepkan atau memberikan sesuatu yang dapat menewaskan bintang pop itu.

Murray adalah dokter yang berada di rumah Jackson ketika bintang pop itu tewas 25 Juni lalu.

Pekan lalu, otoritas Texas mendatangi kantor dan unit penyimpanan medis Murray di Houston. Mereka mencari bukti pelanggaran pembunuhan orang, menurut dokumen pengadilan.

Di antara barang-barang yang dipindahkan dari kantor Murray adalah sebuah komputer, 27 tablet phentermine, resep penguat nafsu makan, 1 tablet clonazepam, obat anti kecemasan, dan beberapa kartu Rolodex.

Dari unit penyimpanan Murray, penyidik memindahkan dua hard disk komputer, daftar kontak penting, pemberitahuan skors dari Rumah Sakit Houston, pemberitahuan dari Internal Revenue Service, dan daftar rumah sakit dan dokumen.

Ed Chernoff, pengacara Houston yang disewa Murray setelah kematian Jackson, saat itu mengkonfirmasi bahwa penyidik dan agen federal menggunakan surat izin untuk memasuki kantor Murray di timur laut Houston pada hari Rabu pagi.

Chernoff mengatakan tim legal Murray berada di kantor medis selama pencarian yang dilakukan oleh anggota DEA, dua detektif dari Kepolisian Los Angeles dan petugas polisi Houston.

Tammy Kidd, juru bicara kantor Chernoff mengatakan pada CNN bawah pencarian itu "benar-benar kejutan bagi kami, karena kami telah membuka saluran komunikasi selama ini."

Polisi telah dua kali mewawancarai Murray sejak kematian Jackson. Wawancara ketiga direncanakan 24 Juli, namun ditunda setelah surat izin pencarian disetujui. Belum diketahui kapan wawancara berikutnya dilakukan.

Di antara mereka yang telah mengindikasikan bahwa Jackson kemungkinan menggunakan resep obat berbahaya adalah ahli gizi Cherilyn Lee, yang mengatakan Jackson meminta obat penenang Diprivan tanpa diberitahu efek berbahayanya.

Sementara itu, bagian pemeriksaan mayat Los Angeles meneruskan penyidikan penyebab kematian Jackson pada 25 Juni. Mereka menunggu hasil laboratorium toksikologi, tetapi hasil otopsi akhir diharapkan keluar minggu ini, kata juru bicara pengurusan mayat.

Sumber; Tempo interaktif

Inilah Target Baru Densus 88 Pencarian Teroris

Detasemen Khusus 88 diduga tengah mencari AY, 44 tahun, warga Cilacap, berkaitan dengan jaringan teroris yang menjadi kaki tangan Noor Din M. Top. Kepala Desa Planjan, Kecamatan Kesugihan, Subanul Muatib, mengatakan satuan antiteroris tersebut sudah beberapa kali mendatangi desanya, mencari AY. "Setelah adanya pengeboman di Jakarta, polisi sering mendatangi rumah keluarga tersebut,” kata Muatib kepada Tempo di Cilacap kemarin.

Ketua RT setempat, Muhamad Muhsin, mengatakan AY mulai menghilang sejak penangkapan Saefudin Zuhri beberapa waktu silam. Bahkan istri AY dan delapan anaknya sudah tak ada di rumah sehari setelah ledakan bom di Jakarta, 17 Juli lalu. "Sampai sekarang (rumah itu) kosong," kata Muhsin.

Dia mengaku pernah dimintai keterangan oleh Densus 88 seputar keberadaan AY. "Mereka mengetahui nama AY setelah memeriksa Saefudin Zuhri."

Dari petugas Densus pula Muhsin mendapat informasi bahwa AY dicari karena diduga terlibat penyediaan bahan peledak bagi jaringan teror Noor Din. AY adalah teman satu sekolah Saefudin Zuhri di Madrasah Wathoniyah Islamiyah di Desa Kebarongan, Kemranjen, Banyumas. Madrasah tersebut hanya berjarak sekitar seratus meter dari kediaman tokoh teroris yang sudah ditangkap, yakni Abu Dujana.

Muatib mengungkapkan, selama ini AY dan keluarganya dikenal jarang bergaul dengan sesama warga desa. Warga setempat hanya tahu keluarga itu hidup dari bertani, menjual madu, dan menjual jasa servis alat-alat elektronik.

Dikabarkan pula bahwa polisi sempat mencurigai adik kandung AY bernama KM, 40 tahun. KM, yang disebut-sebut sebagai lulusan Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, sekarang tak diketahui keberadaannya. Warga Desa Planjan hanya tahu dia merantau sebagai tenaga kerja migran di Arab Saudi sejak lima tahun yang lalu. Ada pula yang mengatakan ia pergi ke Sulawesi.

Buruan lain yang masih dicari polisi di wilayah Cilacap adalah Bahrudin Latif (alias Baridin) dan Agus Mujiono. Bahrudin diduga sebagai mertua Noor Din M. Top, adapun Agus dicurigai sebagai orang yang menyimpan bom dan bahan peledak di rumah Bahrudin.

Anak perempuan Bahrudin, yakni Arina Rahma Astuti, istri, serta dua cucunya telah pula dibawa petugas. Kepala Desa Pasuruhan, Watim Suseno, yang sempat menampung Arina dan ibunya sebelum dijemput polisi, mendengar informasi bahwa dalam pemeriksaan polisi, Arina mengakui wajah suaminya yang dikenal bernama Ade Abdul Halim itu mirip Noor Din. “Pengakuan Arin itu membuat kami kaget,” kata Watim Suseno. Sebelumnya, kepada Watim, anak Bahrudin itu mengatakan suaminya adalah seorang guru dan berasal dari Makassar.

Markas Besar Polri belum bersedia memberikan penjelasan resmi terkait dengan detail operasi perburuan mereka pasca-ledakan di JW Marriott dan Ritz-Carlton. "Kalau sudah ada hasil rekonstruksi, mungkin itu jadi perkembangan baru," ujar juru bicara Polri, Inspektur Jenderal Nanan Soekarna. "Mudah-mudahan cepat terungkap."

Sumber: Tempo interaktif

Selasa, 28 Juli 2009

Teror Bom Kembar: Politis atau Ideologis?


PERHATIAN Indonesia dan dunia mendadak sontak tertuju ke Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta. Mimpi buruk serangan enam tahun lalu terjadi lagi. Serangan ini bahkan dua kali lebih dahsyat dari serangan sebelumnya. Dampaknya pun jauh lebih luas karena terjadi di tengah kisruh Pemilihan Umum Presiden 2009 dan gegap gempita rencana kedatangan klub bola unggulan dunia: Manchester United.

Bom kembar ini meluluhlantakkan sekaligus dua hotel mewah milik asing tersebut dalam waktu yang hampir bersamaan yaitu sekitar pukul 08.00 WIB, Jumat (17/7). Pelaku teror berhasil menyulut ledakan justru dari dalam bangunan hotel, di tengah pengamanan ekstra ketat. Yang lebih memalukan, bom juga diduga dirakit di kamar hotel, tepat di bawah hidung petugas keamanan dan pengelola hotel.

Korban yang berjatuhan pun bukan dari kalangan biasa. Sejumlah top executive beberapa perusahaan asing menjadi korban serangan ini. Sembilan orang tewas dan puluhan lainnya luka-luka. Presiden Direktur PT Holcim Indonesia Timothy Mackay tewas dalam peristiwa ini. Serangan tersebut pun membuat klub sepakbola asal Inggris, Manchester United membatalkan lawatannya ke Indonesia.

Kaitan antara ledakan ini dengan kondisi politik dalam negeri menjadi pertanyaan setelah Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengungkapkan sejumlah informasi rahasia dari intelijen. Informasi A-1 ini menyebutkan adanya rencana pendudukan Komisi Pemilihan Umum saat pengumuman hasil penghitungan suara Pemilu Presiden 2009.

Selain itu, ada pula rencana mencegah pelantikan SBY sebagai Presiden RI 2009-2014, serta rencana membuat kondisi Indonesia seperti Iran yang rusuh pascapemilu. Foto SBY yang menjadi sasaran latihan tembak teroris pun ditunjukkannya pada publik. Dengan sangat geram, SBY, menyindir seseorang yang pernah melakukan aksi kejahatan membunuh dan menghilangkan orang secara paksa di masa silam.

Tindakan dan ucapan SBY selalu diperhitungkan matang-matang. Jadi SBY pasti punya alasan khusus kenapa ia mengungkapkan rahasia intelijen itu dan menyinggung seorang “drakula penyebar maut” bersamaan dengan ucapan belasungkawa terhadap korban bom kembar itu.

Benarkan serangan ganda ini terkait hasil Pemilu 2009, yang notabene melibatkan tiga mantan jenderal yang bersaing menjadi pasangan nomor satu di negeri ini?

Sejumlah pengamat terorisme membantah hal tersebut. Pengamat terorisme Al Chaidar mengatakan, hampir tidak mungkin ada pihak lain yang meniru pola operasi atau menunggangi kelompok ini untuk kepentingan politik. "Tidak mungkin, sangat sulit dan sangat kecil kemungkinannya. Hanya 0,00 persen." Menurut penulis buku-buku Islam ini, perlu ideologi kuat yang tertanam pada seseorang untuk mau menjadi seorang pelaku bom bunuh diri.

Al Chaidar meyakini jaringan buronan teroris Noordin M. Top sebagai pelakunya. Hal tersebut terlihat dari sasaran pengeboman, dan adanya pola pengulangan terhadap sasaran lama. Selain itu, data sekunder yang ditemukan polisi di Cilacap, Jawa Barat, dan Palembang, Sumatra Selatan, menunjukkan kelompok ini sedang merencanakan serangan setelah lama vakum.

Sebelumnya, Hotel JW Marriott, Kuningan, Jakarta, pernah menjadi sasaran bom pada 2003. Selain itu, Hotel JW Marriott di Islamabad, Pakistan, juga dua kali menjadi sasaran bom Al-Qaidah, yaitu pada 2007 dan 2008. Melihat pola pengulangan ini, Al Chaidar memperkirakan serangan ulangan juga bisa terjadi di jaringan Hotel Ritz Carlton.

Menurut Al Chaidar, kelompok ini memanfaatkan kelengahan aparat kepolisian dan intelijen yang sedang fokus mengamankan jalannya Pemilu 2009. Diperlukan waktu antara enam bulan hingga satu tahun untuk merancang operasi seperti ini. "Mereka perlu melakukan survei dan pengintaian untuk melihat kelemahan target dan menyusun siasat," lanjut Al Chaidar.

Hal serupa diungkapkan direktur International Crisis Group, Sidney Jones. Perempuan pengamat politik ini pun menduga kelompok teroris Noordin M. Top berada di belakang aksi bom di kawasan Mega Kuningan. Walaupun tidak tertutup kemungkinan ada kelompok baru di luar kelompok Noordin.

Menurut Jones, kemungkinan serangan bom ini terkait dengan kisruh Pemilu 2009 tidak begitu besar. "Karena mana ada orang mau mati syahid untuk kepentingan politik," ujar dia.

Jones melanjutkan, kegiatan kelompok Noordin saat ini memang terdesak oleh aparat kepolisian. "Tetapi selama Noordin belum ditangkap, orang masih bisa terhubung dengannya dan belajar merakit bom," kata Jones. Apalagi, masih ada beberapa buronan yang sangat berbahaya yang belum berhasil ditangkap polisi.

Walaupun kelompok ini tidak bertambah kuat, Jones mengakui bahwa kini mereka bertambah pintar. Temuan bom oleh polisi di Cilacap, Jawa Barat, dan terungkapnya anggota jaringan teroris di Palembang, menunjukkan bahwa jaringan teroris masih berkembang walaupun pimpinannya harus menyembunyikan diri.

Setelah melakukan penyelidikan yang mengarah ke kelompok Noordin, kepolisian pun nyaris mengumumkan kelompok tersebut sebagai dalang serangan. Alasannya, bom di JW Mariott dan Ritz Carlton tersebut memiliki ciri yang serupa dengan bom yang ditemukan polisi di Cilacap awal pekan ini. Namun belum dapat dipastikan apakah jaringan peledakan itu sama dengan Cilacap.

Perkembangan selanjutnya dari penyelidikan semakin menarik untuk diikuti. Apakah benar insiden bom ini terkait politik atau murni gerakan jaringan teroris yang berkiblat pada Al-Qaidah? Siapakah Noordin M. Top dan bagaimana sepak terjangnya dalam sejumlah aksi pengeboman di Tanah Air?

Sumber: liputan6.com

Jejak Bom dan Perburuan Teroris


EMPAT hari setelah tragedi bom kembar di Mega Kuningan, Jakarta Selatan, teka-teki mengenai pelaku bom bunuh diri maupun sang dalang belum terjawab. Polisi pun belum merampungkan sketsa wajah para pelaku peledakan bom di JW Marriott dan Ritz Carlton, dua hotel mewah milik investor Amerika Serikat. Sketsa wajah memang penting untuk mengungkap sang pengebom berikut jaringannya.

Dalam keterangan pers di Jakarta, wakil juru bicara Kepolisian RI, Sulistiyo Ishak mengimbau masyarakat untuk tidak menyimpulkan pelaku bom, seperti yang tersebar di media massa. Menurut jenderal polisi berbintang satu ini, pihaknya masih menyelidiki pelaku dan belum memastikan pelaku bom berasal dari kelompok tertentu.

Dijelaskan pula oleh Sulistiyo, kepolisian tidak pernah melansir pelaku peledakan adalah orang yang terlihat dalam rekaman kamera pemantau atau CCTV di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton. Hingga Senin, polisi masih mengindentifikasi empat jenazah korban bom--lima lainnya sudah dikenali. Langkah ini buat memastikan siapa sebenarnya yang menjadi pengebom bunuh diri.

Kehati-hatian dalam mengidentifikasi memang diperlukan. Beberapa jam usai pengeboman di Mega Kuningan, Kepala Kepolisian RI Jenderal Bambang Hendarso Danuri pun menyebutkan dua tubuh pelaku hancur dan sulit dikenali. Hanya saja, menurut Bambang Hendarso, wajah salah satu pelaku yang ditemukan di Hotel Marriott masih bisa dikenali. "Begini saja, saya hanya memberikan inisialnya saja. Inisial N," ujar Kapolri di halaman Hotel Ritz Carlton.

Memang, sejak hari pertama atau beberapa jam setelah peledakan bom, rekaman pria yang ada di CCTV beredar di sejumlah televisi dan internet. Pada rekaman CCTV tersebut jelas terlihat ada seorang pria berjas dan bertopi, masuk ke restoran. Tingkah pria berbadan tinggi tegap ini pun mencurigakan. Dia membawa dua tas, ransel yang dibawa di depan dan koper beroda yang ditarik.

Berbagai spekulasi kemudian beredar mengenai siapa sebenarnya pelaku bom bunuh diri itu. Polisi menduga keras pelaku bukanlah perempuan seperti spekulasi yang dalam tiga hari terakhir jadi pembicaraan masyarakat. Dugaan berkembang, seseorang yang berjalan memakai topi dan membawa tas beroda itulah yang menjadi pelaku peledakan di Hotel JW Marriot.

Tak hanya rekaman CCTV. Foto potongan kepala dan tubuh juga beredar luas melalui surat elektronik di dunia maya maupun telepon seluler cerdas BlackBerry. Wajah itu disebut-sebut sebagai salah satu pelaku bom bunuh diri. Dari informasi yang berkembang, "N" yang sebelumnya sempat disebut Kapolri diduga Nur Said alias Nur Hasbi atau Nurdin Aziz. Ia diduga penghuni kamar 1808 Hotel Marriott yang bertarif 154 dolar Amerika Serikat atau setara Rp 1,6 juta per malam.

Nah, dari kamar 1808 itulah, pelaku diduga memulai aksinya. Bahkan, sehari setelah peledakan bom, petugas Forensik Polri menemukan sebuah komputer jinjing atau laptop saat menyisir di dalam Hotel Marriott. Dari penyelidikan sementara, polisi menduga pelaku bom bunuh diri membawa bahan peledak sedikit demi sedikit ke kamar hotel. Itu dilakukan agar tidak terendus pendeteksi di hotel. Setelah terkumpul dalam jumlah cukup, barulah bom dirakit hingga siap untuk diledakkan.

Sebelum terjadi ledakan, karyawan Hotel Marriott, Dikdik Achmad Taufik, mengaku sempat berbincang dengan lelaki yang terekam di kamera pemantau hotel tersebut. Menurut dia, lelaki bertopi dan berjas hitam ini menyatakan hendak mengantar barang untuk bosnya di Lounge Syailendra. Meski curiga dengan barang bawaan yang banyak, Dikdik akhirnya melepas lelaki ini. Alasannya karena takut mengganggu tamu.

Sejumlah pengamat pun turut meramaikan spekulasi mengenai pengebom bunuh diri. Nur Hasbi, pria yang diduga sebagai salah satu bomber di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, disebut-sebut berteman dengan Asmar Latin Sani, pelaku pengeboman Marriott pada 2003. "Nur Hasbi satu angkatan di [Pesantren] Al Mukmin Ngruki," kata pengamat terorisme, Al Chaidar.

Menurut Al Chaidar, Nur Hasbi alias Nur Said merupakan kaki tangan dari gembong teroris yang paling dicari di Tanah Air, yakni Noordin Mohamad Top. "Bahkan dia (Nur Hasbi) pernah menjadi kurir Noordin," ungkap Al Chaidar. Nur Hasbi diduga merupakan anggota kelompok Cilacap, Jawa Tengah.

Lebih jauh Al Chaidar mengatakan kelompok Noordin terbagi dalam beberapa wilayah di antaranya kelompok Banten, Palembang, dan Cilacap. Dari semua kelompok, hanya Cilacap yang dapat bertemu dengan Noordin. Saat ini Noordin disinyalir telah merekrut 19 ribu pengikut.

Mengenai dugaan pelaku merupakan seorang wanita, Al Chaidar belum bisa memastikan. Namun menurut dia, kelompok Banten pernah melatih seorang perempuan untuk menjadi pengantin--sebutan untuk pelaku bom bunuh diri. Selama ini, "pengantin" merupakan seorang laki-laki.

Polisi pun memastikan jenis bom yang meledak di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton identik dengan penemuan bom di Cilacap dan Bom Bali. Dengan demikian, besar kemungkinan pelaku serangan berasal dari jaringan yang sama. Dugaan pelaku peledakan masih kelompok yang sama dengan kelompok Cilacap, mengingat saat penggerebekan pada 14 Juli silam juga ditemukan rangkaian bom serupa dengan rangkaian bom seperti di kamar 1808.

Kendati demikian, polisi belum memastikan kelompok yang dimaksud adalah Jamaah Islamiyah atau jaringan baru. "Tapi juga tetap kelompok lain pun tetap dicari (kemungkinannya)," ujar juru bicara Kepolisian RI Inspektur Jenderal Nanan Sukarna.

Nanan mengatakan pula, polisi sudah memeriksa 35 saksi terkait serangan Bom Marriott II. Namun, Nanan tidak merinci identitas setiap saksi. Isu lorong rahasia penghubung Ritz Carlton-JW Marriott yang digunakan pelaku pun dibantah Nanan. Dugaan ini diperkuat dengan pernyataan Kepala Kepolisian RI Jenderal Polisi Bambang Hendarso Danuri mengenai bom di Ritz Carlton dan JW Marriott mirip dengan materi bom yang ditemukan di Cilacap, Jawa Tengah. Bahkan disebut pula mempunyai metode serupa dengan Bom Bali II tahun 2005.

Yang menarik, sehari sebelum bom meledak, analis masalah teror Doktor Carl Ungerer dari Australian Strategic Policy Institute telah memprediksi serangan bom seperti Bom Bali kemungkinan besar akan terjadi lagi. Ini seiring dengan bertambahnya anggota JI yang bebas dari penjara.

Dari penelusuran SCTV, memang banyak anggota JI yang telah bebas dari penjara karena masa penahanan yang sudah habis. Antara lain Abu Thoulut (mantan komandan wilayah dan pelatih militer kamp Hubadiyah), Sunarto bin Kartodiharjo alias Andung, dan nama-nama lain. Memang tidak banyak yang mendapat hukuman maksimal seperti trio bomber Bali I yang dihukum mati: Amrozi, Ali Gufron alias Mukhlas, dan Imam Samudra.

Namun banyak pemuka maupun tokoh Islam di Tanah Air, meminta teror bom kembar di Mega Kuningan, jangan dikaitkan dengan agama. Mantan Amir Majelis Mujahidin Indonesia Abu Bakar Ba`asyir, misalnya, mengatakan pelaku peledakan Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton adalah musuh Islam. Dan, terkait dengan indikasi pelaku peledakan adalah berasal dari kelompok Islam tertentu, Ba`asyir mengatakan, hal tersebut jangan diartikan sebagai keinginan kaum muslim. "Harus objektif dalam menyikapi kasus peledakan ini agar tidak ada yang dipojokkan," kata Ba`asyir.

Pun demikian dugaan Bom Mega Kuningan dikaitkan dengan kepentingan politik. Seperti diungkapkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono saat menyikapi tragedi yang merenggut sembilan korban jiwa dan mencederai 53 orang, termasuk warga negara asing. Sekitar enam jam setelah bom kembar mengguncang, Kepala Negara mengungkapkan laporan intelijen mengenai adanya rencana gangguan keamanan terkait hasil Pemilu Presiden 2009. SBY menyebutkan ada sekelompok teroris yang melakukan latihan tembak dengan fotonya sebagai target.

Polisi kemudian didesak membuktikan pernyataan Presiden tersebut. Pengamat militer Andi Wijayanto, misalnya. Ia mengungkapkan, foto-foto yang diperlihatkan Presiden itu sudah beredar empat tahun lalu dan pelakunya telah ditangkap Mei 2009. Lantaran itulah, polisi mestinya mengungkap pengakuan tersangka untuk membuktikan pernyataan Presiden berdasarkan fakta atau tidak.

Boleh jadi, Andi Wijayanto tak puas dengan jawaban Kapolri. Sebelumnya, Jenderal Bambang Hendarso mengatakan, foto diperoleh dari tersangka teror di Balikpapan, Kalimantan Timur, bernama Abu Nizar. Abu Nizar ditangkap aparat Detasemen Khusus (Densus) Antiteror 88 di Kantor Kelurahan Gunung Samarinda, Balikpapan Utara, Kaltim, 9 Mei silam. Petugas menciduk Abu Nizar setelah mengintai selama tiga bulan.

Pekerjaan rumah aparat kepolisian memang banyak. Terutama, buat menguak tabir bom kembar terkait politis atau ideologis. Polisi pun terus mengusut dan berupaya mengidentifikasi potongan kepala yang diduga pelaku peledakan bom di Hotel JW Marriott. Salah satu dengan mendatangi rumah keluarga Nur Said alias Nur Hasbi di Desa Katekan, Temanggung, Jawa Tengah.

Berdasarkan pantauan SCTV, kediaman keluarga Nur Said itu kosong tanpa penghuni. Orangtua Nur Said, Muhammad Nasir dan Tuminem dikabarkan dijemput polisi untuk menjalani pengujian asam deoksiribonukleat (DNA), Senin pagi. Tes dilakukan untuk mengecek kesamaan dengan DNA dari potongan tubuh Nur Said. Nasir sendiri mengaku sudah delapan tahun tidak berjumpa sang anak, bahkan telah putus komunikasi.

Tak hanya Nasir, mertua Nur Said pun tidak mengakui visual potongan kepala yang dilansir media massa sebagai menantunya. Para tetangga juga tidak percaya kalau Nur Said merupakan salah satu pelaku peledakan bom kembar Mega Kuningan.

Demikian pula Sholeh Ibrahim. Wakil Direktur Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Sukoharjo, Jawa Tengah, membantah kabar yang menyebutkan Nur Said adalah alumnus pesantren binaan ustad Abu Bakar Ba'asyir ini. Nama pondok pesantren itu belakangan kembali menjadi sorotan karena Nur Said disebut-sebut sebagai teman seangkatan Asmar Latin Sani. Berdasarkan versi polisi, Asmar adalah pelaku peledakan bom Marriott pada tahun 2003.

Memasuki hari kelima, polisi memang belum memastikan potongan kepala yang ditemukan di lokasi kejadian adalah Nur Said. Terlepas dari itu, boleh dikatakan bom yang meledak di Hotel JW Marriott, Jakarta, pada tahun 2003 lebih besar dan canggih.

Sebagai perbandingan, bom tahun 2003 berbahan peledak campuran antara low explosive dan high explosive sehingga menimbulkan efek seperti ledakan Bom Bali I tahun 2002. Daya ledak Bom Marriott I memang terbilang kuat dan menimbulkan semburan api sehingga banyak korban cedera menderita luka bakar. Pasalnya, bom bunuh diri tersebut menggunakan mobil Toyota Kijang yang dikendarai Asmar Latin Sani. Bom juga dicampur dengan gotri atau pecahan logam. Ledakan saat itu akhirnya menewaskan 11 orang dan 152 korban cedera, dan menghancurkan 22 mobil.

Tokoh kunci perakit Bom Marriott I adalah Doktor Azahari Husin. Dua tahun kemudian tokoh Jamaah Islamiyah sekaligus teman dekat Noordin M. Top itu tewas dalam penyergapan dramatis di Kota Batu, Jawa Timur, November 2005.

Adapun terkait bom kembar Mega Kuningan, Inspektur Jenderal Polisi Nanan Sukarna meralat pernyataan Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan Keamanan (Menko Polhukam) Widodo A.S. Nanan menyatakan, bom Jumat pagi itu memiliki daya ledak rendah bukan high explosive seperti dinyatakan Menko Polhukam. Namun, aksesori bom yang dulu dominan memakai gotri, sekarang lebih banyak mur dan baut.

Rentetan Pengeboman

Saat ini dalang teror bom kembar memang belum terungkap. Yang terang, tragedi Mega Kuningan menambah panjang rentetan pengeboman di Tanah air, dalam dekade terakhir: Agustus 2000-Juli 2009. Berikut urutannya:

Pada 1 Agustus 2000, ledakan bom terjadi di depan kediaman Duta Besar Filipina untuk Indonesia di Jakarta. Ledakan bom itu menewaskan dua staf rumah tangga kediaman serta puluhan orang lainnya mengalami luka cukup serius.

Pada 13 September 2000, bom mengguncang lantai parkir Gedung Bursa Efek Jakarta. Dengan bahan peledak TNT, ledakan bom menewaskan 10 orang, melukai 15 orang, serta dua mobil hangus, dan 20 mobil rusak.

Pada Desember 2000, bom meledak di berbagai tempat di Indonesia saat malam Natal, yakni Jakarta, Bekasi, Sukabumi, Bandung, Mojokerto, Mataram, Pematang Siantar, Medan, Batam, dan Pekanbaru. Rangkaian ledakan ini mengakibatkan belasan orang tewas, seratus lebih lainnya luka-luka dan puluhan mobil rusak. Tercatat hanya 16 dari 31 bom yang meledak.

Pada Agustus 2001 di Plaza Atrium, Senen, Jakarta Pusat. Ledakan melukai enam orang. Kemudian pada 23 September 2001, ledakan di lantai parkir Atrium Plaza menghancurkan beberapa mobil, walau tidak ada korban jiwa.

Pada 12 Oktober 2002, tiga ledakan bom mengguncang Bali. Ledakan pertama dan kedua mengguncang kawasan di Jalan Legian, Kuta. Sedangkan ledakan lainnya terjadi di dekat Kantor Konsulat Amerika Serikat, Denpasar. Di Manado, Sulawesi Utara, bom rakitan meledak di pintu gerbang masuk Kantor Konjen Filipina, tapi tidak ada korban jiwa.

Ledakan di Jalan Legian, mengakibatkan setidaknya 187 tewas dan 400 lainnya luka-luka. Ledakan juga mengakibatkan kerusakan parah dalam radius 100 meter dari pusat ledakan. Polisi mengidentifikasikan bahwa ledakan berasal dari bom mobil yang diletakkan di dalam Mitsubishi L-300. Tiga terpidana mati, Amrozi cs, sudah dieksekusi.

Pada 5 Agustus 2003, ledakan hebat mengguncang Hotel JW Marriott, Jakarta. Dengan bahan peledak, antara lain berupa CLO3, aluminium powder, TNT, detonator dan sumbu peledak. Bom menewaskan 11 orang, melukai 152 orang dan menghancurkan 22 mobil.

Pada 9 September 2004, pengeboman di depan Kedubes Australia, Kuningan, Jaksel. Jumlah korban jiwa tidak begitu jelas. Pihak Indonesia berhasil mengidentifikasi sembilan orang, namun pihak Australia menyebut angka 11. Peledakan itu dipercayai dilakukan oleh seorang pengebom berani mati bernama Heri Kurniawan alias Heri Golun dengan menggunakan van mini. Heri berhasil diidentifikasi melalui tes DNA.

Pengeboman Bali 2005 adalah sebuah seri pengeboman yang terjadi di Bali pada 1 Oktober 2005. Terjadi tiga pengeboman, satu di Kuta dan dua di Jimbaran dengan sedikitnya 23 orang tewas dan 196 lainnya luka-luka.

Sepak Terjang Densus

Menghadapi rentetan pengeboman itu, pemerintah maupun kepolisian tak tinggal diam. Bahkan, perburuan terhadap tersangka teroris kian gencar setelah dibentuk Detasemen Khusus (Densus) 88 atau Delta 88 pada 26 Agustus 2004. Ini adalah satuan khusus Polri untuk penanggulangan teroris di Indonesia.

Prestasi pasukan khusus berompi merah ini antara lain menyerbu persembunyian buronan teroris Doktor Azahari di Kota Batu, Jawa Timur, sehingga menewaskan buronan nomor satu di Indonesia dan Malaysia tersebut pada 9 November 2005. Selanjutnya, 2 Januari 2007, Densus terlibat dalam operasi penangkapan 19 dari 29 orang warga Poso yang masuk dalam daftar pencarian orang di Kecamatan Poso Kota, Sulawesi Tengah. Namun, tembak-menembak antara polisi dan warga pada peristiwa tersebut menewaskan seorang polisi serta sembilan warga sipil. Kemudian, 9 Juni 2007, Yusron al Mahfud, tersangka jaringan teroris kelompok Abu Dujana, ditangkap di Desa Kebarongan, Banyumas, Jawa Tengah.

Sementara dalam setahun terakhir, Densus diketahui melakukan penangkapan di sejumlah daerah. Misalnya, Cilacap, Purbalingga, Banyumas, Serang, Samarinda, dan Lampung. Bahkan, Densus beberapa kali menggelar operasi penyergapan di Cilacap. Hasilnya, pasukan pemburu teroris itu menangkap Syaifudin Zuhri. Ia diduga anggota jaringan teroris. Lokasi penangkapan Zuhri sendiri berjarak empat kilometer dari rumah Abu Dujana, terpidana kasus terorisme yang terlibat sejumlah peledakan bom di Tanah Air.

Bahkan, tiga hari sebelum tragedi bom kembar Mega Kuningan, Densus kembali melakukan penggeledahan di rumah tersangka teroris di kawasan Cilacap. Bahrudin latif, warga Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Cilacap, diduga terlibat jaringan teroris dan merupakan kaki tangan Noordin M. Top.

Di pekarangan belakang rumah Bahrudin itulah tim Densus menemukan sejumlah bungkusan yang diduga berisi bahan peledak. Dan di sebuah lubang berdiameter satu meter, petugas juga mendapati beberapa jeriken dan kabel yang diduga merupakan rangkaian untuk merakit bom. Ditemukan pula kantong-kantong plastik yang diduga berisi bahan untuk merakit bom.

Bila benar para pelaku bom kembar Mega Kuningan terkait dengan kelompok di Cilacap, tentunya polisi sudah memikirkan banyak langkah ke depan. Dan jika tak terbukti, polisi tetap harus bekerja ekstra keras, terutama menciptakan suasana aman di tengah masyarakat. Mencegah berulang ledakan bom, yang sempat reda selama empat tahun terakhir.

Dalang pengeboman di Mega Kuningan, Jakarta, belum terungkap. Apakah benar insiden bom ini terkait politik atau murni gerakan jaringan teroris yang berkiblat pada Al-Qaidah? Siapakah Noordin M. Top dan bagaimana sepak terjangnya dalam sejumlah aksi pengeboman di Tanah Air? Simak Fokus: Bom Mega Kuningan selanjutnya.

Sumber: liputan6.com

Noordin M(emang) Top


Sejak peristiwa bom malam Natal 2000, nama Noordin Mohammad Top (versi lain menyebut: Noordin Mohammed Top) dengan partner duet bombernya yang juga asal Malaysia, Dr Azahari Husin, mulai terdengar samar-samar di telinga publik awam Tanah Air. Sejak peristiwa itu pula, nama Jamaah Islamiyah (JI) seolah terpublikasikan secara perlahan dengan sendirinya di negeri ini. Masyarakat luas pun jadi lebih 'peduli' dengan organisasi itu.

Siapa sebenarnya Noordin Mohammad Top (NMT) itu?

Mungkin di negeri ini belum ada nama yang terus-menerus disebut dalam hitungan menit, tiap jam, dan bahkan setiap waktu, sebanyak nama Noordin M Top. Barangkali, kalau saja ada orang yang mau menghitung, nama Noordin M Top tentu bisa masuk tercatat di buku museum rekor Indonesia (MURI) karena begitu intensnya orang menyebut-nyebut nama tersangka bomber itu. Bayangkan, dari mulai obrolan di warteg, tukang ojek, anak-anak jalanan, pedagang sayur keliling, ibu-ibu rumah tangga, kaum elitis, hingga pejabat penting pemerintah, sampai-sampai warga dunia menyebut-nyebut nama NMT. Jaringan televisi internasional sekelas CNN pun tak henti-hentinya menyebut NMT saat breaking news peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jumat (17/7). Pendek kata, sejak bangun tidur hingga mau tidur lagi pada malam hari, orang membicarakan nama NMT. Ini pun belum termasuk dari kalangan aparat keamanan dan penegak hukum, karena pastilah di setiap tarikan napas mereka terkandung nama Noordin M Top. Dari sisi 'jumlah penyebutan nama' ketenaran NMT mungkin hanya dapat disejajarkan dengan nama pemimpin Al-Qaeda Osama bin Ladin atau divo pop dunia Michael Jackson.

Profil detil Noordin tak banyak diketahui publik. Kabarnya, NMT lahir di Johor. BBC menulis, pria yang sering berubah-ubah penampilan itu adalah seorang sosok yang cerdas. Akuntan kelahiran 11 Agustus 1968 itu, memang cocok dengan perannya sebagai pengatur keuangan dan sekaligus sebagai penyandang dana dalam berbagai proyek pemboman di Indonesia. Dan satu lagi keahliannya, NMT amat piawai meyakinkan orang. Itulah sebabnya, NMT dijadikan sebagai orang terpercaya di organisasi sebagai perekrut anggota baru.

Noordin lari ke Indonesia bersama Azahari Husin setelah pemerintah Malaysia menghancurkan gerakan Islamis radikal pascaserangan yang menggegerkan dunia, 11 September 2001 di Amerika Serikat. Sejak itu, Noordin-Azahari tak pernah berani pulang kampung ke negerinya. Karena kedua tokoh penting JI itu menjadi buronan paling dicari di negaranya sendiri, Malaysia.

Duet NMT dan Azahari Husin disebut-sebut para pengamat terorisme begitu serasi dan keahlian mereka masing-masing pun terbukti saling mengisi. NMT sebagai penyandang dana, sementara Azahari Husin berperan sebagai pembuat bom. Azahari dikenal sebagai sarjana teknik bergelar insinyur yang kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Inggris. Azahari meraih gelar doktornya di Universitas Reading.

Sepak terjang NMT sejak masuk Indonesia, tentu saja berduet dengan sang "Doktor Bom" Azahari, bersama dengan jaringan sel organisasinya sangat nyata dirasakan masyarakat. Ketika bom mobil meledak di depan Kedubes Filipina di Jakarta 2002, lalu bom besar di Bali yang menewaskan sedikitnya 200 orang pada tahun yang sama, nama NMT pun disebut-sebut ada di belakang peristiwa keji bom bunuh diri itu. Nama Noordin kembali disebut-sebut saat bom meledak di Hotel JW Marriott 2003 yang menewaskan 12 orang. Lagi-lagi, nama NMT disebut ketika bom mobil meledak dahsyat di depan pintu gerbang kantor Kedubes Australia di Jakarta 2004 yang menelan korban meninggal 11 orang. Nama Noordin Mohammad Top seolah tak pernah absen dalam setiap insiden peledakan bom di Tanah Air. Indikasi keterlibatan NMT itu disampaikan secara resmi oleh polisi. Tahun 2005, Bali kembali diguncang bom. Lagi, lagi, dan lagi nama NMT diduga kuat berada di balik peristiwa berdarah yang menyebabkan 23 orang meninggal itu. Insiden peledakan bom terbaru, Hotel JW Marriott di kawasan Mega Kuningan Jakarta, kembali jadi sasaran. Kali ini peristiwanya nyaris bersamaan dengan peledakan bom di Hotel Ritz-Carlton, Jumat (17/7) pagi pukul 07.50 WIB. Sembilan orang tewas dalam peristiwa ini. Dari hasil penyelidikan Polri, kesimpulannya mengerucut pada nama NMT bersama kelompoknya. Nama Noordin M Top identik dengan penyebar maut dan bom bunuh diri. Rupanya, sepeninggal Dr Azahari Husin tak menyurutkan sepak terjang Noordin.

Mengapa Noordin Mohammad Top sulit ditangkap?

Jika dihitung-hitung, sejak nama NMT muncul pertama kali hingga sekarang, berarti sudah 8 tahun Noordin malang melintang berkeliaran di Tanah Air. Selama itu pula, NMT dan kelompoknya menyebar hawa kematian. Tak pernah peduli siapa korbannya.

Sejak tinggal di Indonesia, NMT berkali-kali ganti nama. Hanya kalangan internal terbatas di kelompoknya saja yang mengetahui siapa sebenarnya di balik nama-nama aliasnya itu.

Di antaranya, tahun 2004, Noordin berganti nama menjadi Abdur Rachman Aufi. Di tahun itulah NMT berkenalan dengan Munfiatin alias Fitri, perempuan asal Jepara, Jawa Tengah. Sarjana pertanian itu berprofesi sebagai pengajar Bahasa Arab di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Subang, Jawa Barat. Noordin kala itu mengaku sebagai mujahid (pejuang) yang sedang dicari-cari polisi. Setelah sempat menikah siri di Surabaya, mereka pun akhirnya menikah sah di Balai Nikah KUA Kraton, Pasuruan, Jawa Timur, 7 Juli 2004. Munfiatin pun resmi menjadi istri kedua Noordin (istri pertamanya tinggal di Malaysia). Tapi tak lama setelah pernikahannya, polisi mengendus persembunyian NMT. Noordin berhasil lolos, istrinya ditangkap Densus 88. Juni 2005, sang istri kedua NMT itu diadili di Pasuruan, Jawa Timur, dengan dakwaan menyembunyikan informasi buronan negara dan akhirnya dijebloskan ke penjara wanita di Malang.

Selain nama pribadi yang berubah-ubah, NMT selalu mengganti nama kelompok selnya. Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah, Nasir Abas, seperti ditulis Majalah Mingguan Tempo, mengatakan nama kelompok Noordin M. Top biasa berubah dalam setiap melakukan aksinya. Seperti Anshorul Muslimin, Brigade Firaqul Maut, dan Qaedatul Jihad. Nama-nama ini dipakai, di antaranya dalam operasi peledakan bom di Kedubes Australia dan bom Bali II.

Selama dalam persembunyiannya NMT selalu dibantu oleh sel-sel jaringannya yang sangat eksklusif itu. Bahkan sebelum menikah resmi dengan Munfiatin, di Surabaya Noordin sempat membuat Kartu Keluarga Sementara (KKS) dan KTP 2004 atas nama Abdur Rachman Aufi bin Aufi beralamat di Tuwowo Rejo IV/18, RT/RW 004/001 Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari, Surabaya.

Beberapa upaya penangkapan NMT dilakukan tim elite antiteror Polri Densus 88. Di antaranya, penyergapan di NTB yang sempat berbuntut kasus salah tangkap terhadap orang yang diduga mirip NMT. Lalu upaya penangkapan di beberapa tempat di Jawa Timur dan Jawa Barat. Beberapa kota kecil seperti Wonosobo, Temanggung, Brebes, Pekalongan, dan daerah pantai utara Jawa tak luput dari intaian Polri. Termasuk kabar terbaru penyergapan di Cilacap. Penggerebekan tempat-tempat yang diduga menjadi tempat persembunyian Noordin, dilakukan pula di Sumatra. Medan, Kawasan Kepulauan Riau, Batam, dan belum lama penggerebekan dan penangkapan 'kelompok Palembang' yang diduga kuat merupakan kaki tangan NMT. Semua upaya Polri itu masih belum berhasil. Dengan kata lain, Noordin M Top selalu berhasil lolos dari sergapan. Mantan petinggi JI, Abu Rusdan, dalam suatu wawancara dengan sebuah televisi swasta, Kamis (23/7) siang menyatakan, keberhasilan Noordin meloloskan diri dari upaya penangkapan polisi lebih dikarenakan unsur campur tangan Allah.

Abu Rusdan mengatakan, sejak 1999 organisasi Jamaah Islamiyah dinyatakan tidak efektif lagi. Tidak ada lagi sosok pimpinan yang bisa dijadikan panutan. Sejak itu, kelompok JI seperti pecah dan para tokohnya berjalan sendiri-sendiri.

Januari 2006, polisi menyebut Noordin telah menyatakan dirinya sebagai pemimpin kelompok baru bernama Tanzim Qaedat al-Jihad yang berarti lebih kurang 'Kelompok untuk Dasar Jihad'. Sutanto (yang waktu itu masih menjabat Kapolri) mengungkapkan, Noordin M Top menggambarkan dirinya sebagai pimpinan kelompok Tanzim Qaedat al-Jihad, yang mencakup kawasan Indonesia, Malaysia, Brunei dan Filipina. Para pengamat terorisme berpendapat, kelompok baru Noordin itu berideologi jihad, serupa dengan Al-Qaeda.

Sementara itu, Nasir Abas mengaku belum bisa mengerti benar struktur organisasi baru NMT itu, yang disebutnya sebagai Qaedatul Jihad. Apakah sebagai bagian dari Al-Qaeda atau bukan. Tapi Nasir menduga, Noordin dalam menjalankan aksinya adalah dalam rangka menjalankan perintah Osama bin Ladin. Yakni membunuh orang-orang Amerika Serikat dan kaum sekutunya, sipil dan militer.(*Dari berbagai sumber)

Sumber: LIPUTAN6.com

Siasat Baru Teror Bom

Dia masuk ke Hotel JW Marriott, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, tanpa rikuh. "Mendatangi lokasi pemeriksaan, dengan muka tenang dan tampak biasa saja, tidak terlihat gugup," kata Alan Orlob, Vice President of Corporate Security Marriott International. Pada 15 Juli 2009 itu, dia memesan kamar standar 1808, US$140 semalam. "Tunai." Dia menyerahkan tanda pengenal yang tertera nama Nur Hasbi.

Dua hari kemudian, saat jam sarapan pagi di Hotel Ritz Carlton yang hanya sepelemparan batu dari Marriott, Orlob bertemu tamu pria menarik perhatiannya. Kepada resepsionis si pria mengatakan telah memesan kamar. "Dia menyebutkan nomor 2701," kata Orlob seperti dikutip The Malaysian Insider, Jumat 24 Juli 2009. Artinya itu berada di lantai 27. Padahal Ritz Carlton cuma 26 tingkat.

Resepsionis lalu mencoba mencocokan nomor kamarnya ke komputer hotel. Orlob melihat pria itu menggoyangkan kakinya. Dia tampak berpikir. "Dia lalu mengatakan, tidak.. tidak. Saya akan menemui teman saya, dan sarapan di sini. Kami akan membayar tunai," kata Orlob, menirukan ucapannya. Dia pun menuju restoran.

Tak berapa lama, terdengar ledakan keras berasal dari Pub Tentakel, lobi Hotel JW Marriott, pukul 07.47. Berselang sepuluh menit, ledakan menggelegar di Restoran Airlangga, Hotel Ritz-Carlton. Penghuni di dua hotel panik bukan kepalang. Warga Selandia Baru, Matthew Webster, yang menginap di Hotel Marriott, mengatakan, saat ledakan dia berada di lobi hotel.

Dia mendengar ledakan keras. Puing-puing dan kaca-kaca berjatuhan dari langit-langit, dan tembok. "Ada asap biru datang dari sebelah kiri lobi dan juga dari hotel," katanya kepada wartawan dari Australia, Jumat 17 Juli 2009. Webster tersadar. Dia melihat seorang pria berjalan sempoyongan menuju ke jalan. Dia mengaku tak tahu nasib pria itu, sudah meninggal atau masih hidup.

Di Hotel Ritz Carlton kondisinya tak jauh beda. Pegawai bagian dapur Hotel Ritz Carlton, Tom Warden, mengatakan ledakan terjadi saat para staf dapur mempersiapkan sarapan. "Tiba-tiba orang-orang di lift berkata panik, harus segera keluar dari sini," kata Warden.

Ketika dia membuka pintu, lobi hotel penuh asap. Pekerja di Ritz Carlton dan tamu-tamu hotel berlarian ke jalan depan hotel. Mereka berhamburan keluar. Belakangan diketahui sembilan tewas, 55 luka. Salah seorang korban tewas dalam insiden bom ini adalah Presiden Direktur PT Holcim Indonesia Tbk, Timothy Mackay.(VIVAnews.com)


Stop Merokok!


Menghisap rokok merupakan suatu kegiatan yang dapat membahayakan tubuh apabila dilakukan secara terus menerus. Resiko yang dapat timbul beragam. Dari berbagai jenis kanker, penyakit jantung, stroke, gangguan saluran pernapasan, hingga gangguan pada kehamilan.

Apa sih yang dapat membuat penyakit tersebut hinggap di tubuh seseorang? Ternyata kandungan atau bahan-bahan lain yang ditemukan dalam rokoklah penyebabnya. Sebagai contoh, rokok memiliki lebih dari 4000 bahan kimia berbahaya dan 250 diantaranya dapat menyebabkan kanker.

Bagi sebagian besar orang, kegiatan merokok ini sudah menjadi bagian dari hidupnya. Beberapa orang pecandu rokok yang CHIP tanyakan mengaku bahwa mereka mengerti berbahayanya merokok tetapi merasa sulit untuk menghentikan kegiatan ini.

Ada beberapa tips yang dapat CHIP berikan agar Anda berhenti sembuh dari kecanduan merokok, yaitu:

1. Yakinkan diri Anda. Anda harus mampu meyakini diri Anda karena dengan keyakinan yang kuat, semua hal ini pasti dapat berjalan dengan baik.

2. Kurangi jumlah batang rokok yang Anda hisap setiap harinya. Dengan semakin berkurangnya jumlah rokok yang Anda hisap dalam satu hari, maka Anda akan semakin terbiasa dengan jumlah rokok yang semakin sedikit. Semoga dengan berkurangnya jumlah tersebut, Anda juga bisa menghilangkan kebiasaan ini.

3. Buang benda-benda yang ada hubungannya dengan rokok, seperti asbak, korek api, dan tentu rokok.

4. Apabila mulut Anda mulai asam, tidak ada salahnya Anda ganti rokok dengan permen atau permen karet.

5. Kalau Anda benar-benar berniat untuk berhenti merokok, tidak ada salahnya Anda pergi ke dokter dan utarakan maksud Anda tersebut. Pasti Anda akan diberikan beberapa program untuk membantu Anda.

Berdasarkan data yang dirilis oleh Centers for Disease Control (CDC), antara tahun 1995 dan 1999, perokok dewasa pria rata-rata kehilangan 13.2 tahun dari kehidupannya dan perokok dewasa wanita kehilangan rata-rata 14.5 tahun dari kehidupannya. Oleh karena itu, berhentilah merokok!


[Benarkah?] Bomber Marriott Orang Asing

Polisi telah menyebar dua sketsa wajah dua orang yang diduga pelaku bom bunuh diri di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton. Pelaku bom bunuh diri di Marriott digambarkan sebagai pria berusia 16-17 tahun, berkulit putih, rambut lurus hitam pendek, tinggi badan 180 centimeter, dan ukuran sepatu 42-43.

Jarang-jarang remaja Indonesia berusia 16-17 tahun yang memiliki ukuran badan tinggi dan besar seperti itu. Ukuran sepatu juga terlampau besar untuk remaja Indonesia. Karena itu berkembang spekulasi bahwa si pelaku bom bunuh diri itu adalah orang asing.

Benarkah? Belum jelas juga. Ketika ditanya soal ini, Kepala Bidang Penerangan Umum Markas Besar Kepolisian, Komisaris Besar Ketut Untung Yoga Ana memilih tidak menjawab.

Dia cuma menjawab bahwa sketsa yang sudah disebarkan itu sudah sesuai dengan fakta yang ditemukan polisi di lapangan."Terkait dua sketsa [itu] berdasarkan temuan di lapangan, seperti itu," kata Untung Yoga Ana di Markas Besar Kepolisian, Jalan Trunojoyo, Jakarta, Senin 27 Juli 2009.

Ditambahkan dia, sketsa tersebut didasarkan potongan badan yang masih utuh. "Fisik yang sebenarnya hanya itu yang diketahui, sedangkan bagian tubuh yang lain tercerai berai. Berdasarkan dapat post mortem [data setelah kematian], sosoknya memang seperti itu, memang sedemikian rupa," kata Untung Yoga Ana.

Sampai hari ini siapa identitas pelaku pengeboman masih misterius. Sebelumnya, nama Nur Said alias Nur Hasbi pernah disebut-sebut sebagai pelaku peledakan bom bunuh diri di Hotel Marriott.

Nur Said merupakan siswa Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki,lulusan 1994 yang satu angkatan dengan Asmar Latin Sani, bomber Marriott pada 2003. Namun, belakangan polisi mengumumkan potongan tubuh yang ditemukan di lokasi ledakan bukan Nur Said.

Sementara pelaku di Ritz Carlton adalah laki-laki, umur kira-kira 40 tahun, kulit sawo matang, rambut lurus, pendek, dan hitam, serta tinggi 165 centimeter. Polisi memastikan itu bukan Ibrohim, perangkai bunga yang bekerja di Ritz Carlton.(VIVAnews.com)


Sabtu, 25 Juli 2009

Islam Versus Terorisme


Hanya berselang empat hari menjelang digelarnya duel Manchester United versus Indonesia All Star, aksi terorisme kembali terjadi di Tanah Air, setelah empat tahun terakhir pemerintah SBY berhasil meningkatkan stabilitas keamanan dan membawa bangsa ini hidup nyaman tanpa dentuman bom. Kali ini sasarannya lagi-lagi Hotel JW Marriott plus The Ritz-Carlton, Kuningan, Jakarta. Korban tak berdosa pun berjatuhan.

Tragedi Jumat Kelabu itu mengindikasikan kepada kita bahwa saat ini tak ada satu pun negara di dunia yang bersih atau bebas dari ancaman terorisme. Maka, pertanyaan apakah terorisme itu tampaknya tidak layak lagi diungkapkan ke permukaan, karena sudah dijawab dengan fakta empiris bahwa terorisme adalah lawan kemanusiaan, keadaban, dan keragaman. Anggapan terorisme identik dengan kekerasan, pembunuhan, dan penindasan semakin tidak terbantahkan. Di mana terorisme singgah, di situlah korban berjatuhan.

Terorisme dan korban ibarat dua sisi mata uang yang tak bisa dipisahkan. Karenanya, siapa pun akan resah, gelisah, dan gundah-gulana atas perilaku teroris yang mengerikan itu. Mempercayai, mendukung, dan mengesahkan terorisme sama halnya menyetujui adanya tragedi kemanusiaan dalam jumlah yang lebih besar. Lalu, akankah milenium ketiga menjadi era para teroris? Benarkah bahwa terorisme mendapat justifikasi dan legitimasi dari agama, demikian juga jihad?

Harus diakui, pasca-tragedi "9/11" yang menghancurkan gedung WTC, New York, Amerika Serikat, 11 September 2001, muncul suara-suara sumbang yang dialamatkan kepada agama tertentu, yakni Islam. Dengan kata lain, banyak pihak, terutama AS, yang menuduh bahwa aksi terorisme mendapat justifikasi atau legitimasi dari agama (Islam).

Menghadapi tudingan dan pandangan negatif tersebut, ada beberapa hal yang cukup signifikan dan mendesak untuk dilakukan. Pertama, perlunya menampilkan wajah agama dengan baik agar agama kita memiliki citra yang baik. Agama mesti dikembalikan ke posisinya sebagai spirit dan moralitas yang akan senantiasa mengusung panji-panji kemanusiaan, keadaban, kemaslahatan kesetaraan, dan keadilan. Sudah saatnya bagi kita untuk memperbaiki citra agama, terutama Islam, yang pada pasca-tragedi 11 September, serta bom London dan Mesir, direpresentasikan Al-Qaidah dan beberapa kelompok radikal lainnya.

Kedua, karena tidak sedikit elite dan masyarakat awam bersikap ekstrem dan eksesif dalam beragama, kini penting bagi kita untuk membangun sikap beragama yang human. Paradigma humanis dalam beragama adalah paradigma nilai, sikap, norma, dan praktek keberagamaan (religiosity) yang mendukung kehidupan tanpa kekerasan dan damai, meningkatkan keadilan masyarakat, menjunjung tinggi hak asasi manusia, memajukan harmoni antarbudaya, dan kelestarian ekologis.

Sikap utama dalam paradigma humanis ini adalah moderasi. Agamawan ataupun awam yang moderat akan cenderung santun dan seimbang. Santun dalam menjalankan agamanya dan interaksi sosial. Seimbang dalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, individual dan sosial, serta dalam berhubungan dengan Tuhan, manusia, dan lingkungan alam. Mereka yang moderat akan menjunjung keadilan dan kearifan dalam bersikap, tidak gampang terhasut, marah, menuduh, ataupun memaksa (coercive).

Agama-agama jelas mengajarkan moderasi. Dalam Islam diajarkan, "Tuhan menginginkan kemudahan bagi manusia, bukan kesulitan" (QS.22:185). Islam mengajarkan rahmat dan salam, bukan teror dan perang. Yesus menekankan kasih dan damai. Buddha dan Konghucu mengutamakan keseimbangan antara Yin dan Yang, antara sifat-sifat maskulin dan feminin. Semua agama mengajarkan moderasi dan keseimbangan.

Ketiga, perlunya melakukan gerakan dakwah yang menyuguhkan semangat moderasi, toleran, dan damai. Hal ini dilakukan melalui gerakan kultural yang bisa menyadarkan kepada umat bahwa agama tidak pernah mengajarkan tindakan terorisme. Langkah kultural yang bersifat proaktif dan progresif semacam ini penting dilakukan untuk melahirkan citra baru yang lebih baik bagi agama-agama. Gerakan Moral Nasional yang diprakarsai tokoh-tokoh agama dari berbagai organisasi keagamaan, seperti NU, Muhammadiyah, KWI, PGI, dan sebagainya, bisa dijadikan langkah kultural untuk mengkampanyekan wajah agama yang humanis, inklusif, dan antiterorisme. Bahwa agama selamanya tak pernah mengajarkan terorisme.

Jihad

Harus diakui, pemaknaan jihad selama ini cenderung pejoratif, dalam arti ia selalu diterjemahkan dan diaktualisasi sebagai use of force against non-muslim. Penerjemahan jihad menjadi “perang suci” ini bila dikombinasikan dengan pandangan Barat tentang Islam sebagai “agama pedang”, jelas telah mereduksi makna substansial dan spiritual dari jihad, serta mengubah konotasinya. Apalagi jika terminologi jihad yang semacam itu dihadapkan pada nilai-nilai HAM, tentu saja, akan kian menguatkan asumsi Barat bahwa Islam identik dengan “ketajaman pedang”.

Menurut Abdul Halim Mahmud, sebagaimana dikutip oleh KH Ali Yafie (1999), jihad bisa dikategorikan menjadi empat macam, yaitu jihad al-harb (jihad ke medan perang), jihad al-nafs (jihad melawan hawa nafsu), jihad al-usrah (jihad dalam keluarga), dan jihad al-mujtama' (jihad dalam masyarakat). Dari kategori ini, jihad bukanlah sekadar perang, bahkan lebih dari itu, jihad justru merupakan sebuah konsekuensi keimanan atau religiositas.

Karena itu, jihad tidak bisa dilepaskan dari sejumlah aturan etika atau moralitas. Kebrutalan, pelecehan kemanusiaan, ancaman terhadap kehidupan, dan berbagai pelanggaran HAM lainnya adalah hal-hal yang secara esensial bertentangan dengan term jihad. Sungguh sangat disayangkan jika kemudian sebagian orang menganggap jihad semata-mata sebagai bentuk ekspresi kemarahan yang tak terkendali yang berakhir pada use of force untuk menghantam musuh (non-muslim) secara membabi-buta.

Dari sinilah, tampaknya, makna jihad yang selama ini cenderung pejoratif dan distortif itu mesti didekonstruksi. Bahwa ideologi jihad bukanlah dendam kesumat dan pelampiasan kebencian, melainkan upaya sosialisasi dan internalisasi kebajikan (amar ma'ruf) serta pencegahan atau penghapusan terhadap kemungkaran (nahi munkar). Jihad adalah upaya yang sungguh-sungguh untuk menegakkan harkat dan martabat kemanusiaan, melepaskannya dari setiap bentuk ketidakadilan, kezaliman, dan penindasan, serta mendorongnya ke posisi di mana ia seharusnya berada.

Dalam pemaknaan ini, maka upaya keras--atas nama Tuhan--untuk memberantas ketidakadilan, kejahatan, korupsi, kolusi, kemiskinan, dan kebodohan di kalangan saudara-saudara kita sendiri bisa dikategorikan sebagai jihad. Memang, melakukan perbaikan di sekitar kita itu, bisa jadi, jauh dari hiruk-pikuk publikasi dan heroisme yang meletup-letup.

Meski demikian, upaya memperbaiki keadaan di sekitar kita itu seharusnya menjadi perhatian utama bagi kita, orang-orang yang beragama dan bertuhan. Bukankah kita seharusnya malu bahwa bangsa kita menjadi juara korupsi, padahal rakyatnya beragama dan bertuhan? Bukankah kita seharusnya juga malu melihat kejahatan merajalela di sekitar kita? Begitu pula kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan yang masih mencengkeram jutaan wong cilik. Inilah seharusnya yang kini menjadi agenda kita dalam berjihad di era reformasi ini, sebagai pengamalan ajaran suci dari Tuhan.

Sumber: TEMPO Interaktif

Noor Din M Top Diperkirakan Terus Bergerak

Keberadaan Nurdin M Top kini dalam keadaan kebingungan. Orang yang kini jadi buruan utama aparat keamanan ini, dalam posisi maju kena mundur kena. “Makanya, dia cenderung bergerak,” tegas Ali Fauzi, pada Tempo di sebuat tempat di Lamongan, Jumat (24/7) siang.

Ali Fauzi yang juga adik terpidana mati kasus bom Bali Satu, Amrozi ini mengatakan, keberadaan Noordin M Top sulit ditebak. Dia tidak mengetahui, posisinya berada dimana. Sebab, dalam kondisi seperti sekarang ini, yang bersangkutan cenderung bergerak. Sebab, kalau dia diam maka akan ditangkap. Sebaliknya kalau lari berpindah-pindah juga tetap akan terus diburu aparat keamanan. “Maka, saya bilang dia akan terus bergerak,” imbuh pria yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Ngruki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah tersebut.

Ali Fauzi menyebutkan, dirinya kenal dengan Noordin M Top saat menjagi guru di Institut Lukmanul Hakim Johor, Malaysia tahun 1992 silam. Saat itu, Ali menjadi guru Bahasa Arab, sedangkan Noordin menjadi guru teknik.

Terkait dengan peledakan di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, menurutnya, bisa jadi adalah orang-orang binaan Noordin M Top. Tetapi, dari kelompok mana, Ali Fauzi tidak mengetahui. Karena, gerakan Jamaah Islamiyah itu, mengakar dan cenderung berkelas-kelas.

Tetapi, lanjut Ali, bisa jadi bahwa pelaku bom Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton adalah orang luar dan bukan kader dari Indonesia. Sebab, akar gerakan Jamaah Islamiyah ini, justru berpusat di luar negeri, yaitu di Afghanistan dan Philipina. “Kok saya cenderung orang luar,” imbuhnya.

Ali Fauzi juga memprotes keras aparat keamanan yang main tangkap terhadap para alumni Pondok Pesantren Ngruki, juga para alumni dari Afghanistan, Philipina dan Malaysia yang banyak berasal dari Indonesia. Alasannya selama ini mereka tidak berbuat tindak kriminalitas, sehingga aparat keamanan seharusnya tidak ada alasan untuk menangkap mereka. “Masak kalau lulusan dari sana ditangkap. Jelas tidak ada alasan,” tegasnya.

Sumber: TEMPO Interaktif

Jumat, 24 Juli 2009

Janggal, Temuan Bom di Halaman Rumah Bahrudin


Kamis, 23 Juli 2009 | 03:04 WIB
CILACAP, KOMPAS - Penemuan bom di halaman rumah Bahrudin Latif, salah seorang target pencarian Densus 88 Antiteror, di Desa Pasuruhan, Kecamatan Binangun, Kabupaten Cilacap, dipertanyakan oleh warga setempat. Apalagi pencarian bom itu dilakukan oleh tim Densus 88 tanpa ada kesulitan apa pun, dan tanpa menggunakan anjing pelacak.

Kejanggalan itu, menurut Kepala Desa Pasuruhan, Watim Suseno, sudah dipertanyakan oleh banyak warga setempat. "Kami pun heran, kenapa tim Densus dengan mudah menemukan lokasi penimbunan bom rakitan itu, seperti sudah tahu tempatnya," katanya , Rabu (22/7) malam.
Watim mengatakan, sejauh ini pihaknya tetap setia mendukung upaya pemerintah memberantas terorisme. Oleh karena itu, dia pun tidak menghalang-halangi maupun menutup-nutupi upaya Kepolisian menangkap Bahrudin yang diduga bagian dari jaringan terorisme.
Namun untuk penemuan bom itu, Watim mengatakan, masih sulit untuk menerimanya. Apalagi Astuti, istri Bahrudin, sangat dikenal tak pernah berbohong. "Semua orang di desa ini tahu, keluarga Bahrudin itu tak pernah berbohong. Mereka sangat jujur, meski sifatnya tertutup," katanya.
Menurut Watim, saat pulang dari Yogyakarta menghadiri hajatan keluarganya, Astuti mengaku, tong plastik tempat menyimpan bom yang ditemukan Tim Densus 88, itu selalu digunakan untuk menyimpan ikan lele. Bahkan saat dia berangkat ke Yogyakarta bersama keluarganya, dua hari sebelum Tim Densus melaksanakan penggeledahan di rumahnya, tong plastik itu masih berada di belakang rumahnya.
"Loh sampai saya berangkat ke Yogya, tong itu masih ada di belakang. Mana mungkin sudah dibenam begitu," kata Watim menirukan ucapan Astuti.
Warga juga menyangsikan kecakapan para intelejen dalam mengintai kegiatan terorisme yang kini dituduhkan kepada keluarga Bahrudin. Hal itu karena Tim Densus 88 malah menggrebek rumah Bahrudin di saat kosong, pada 23 Juni kemarin.
"Kalau mereka itu intel, tentu tahu kapan keluarga itu berada di rumah. Tapi kenapa rumah lagi kosong, malah digrebek. Ini kan jadi aneh," tutur salah seorang warga.

MUI: Tak Ada Jihad Membunuh dengan Bom


23/07/2009 18:32
Liputan6.com, Jakarta: Tidak ada yang setuju bom kecuali si pengembom itu sendiri, apalagi mengatasnamakan agama. Islam sendiri tidak setuju jika membunuh orang dengan mengebom atas nama jihad. Hal tersebut ditegaskan untuk yang kesekian kalinya oleh Ketua Bidang Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma'ruf Amin di Jakarta, Kamis (23/7).

Sebaliknya, Ma'ruf menjelaskan, pikiran yang salah tentang jihad harus segera diluruskan. Tidak hanya MUI, bukti jihad dengan mengebom adalah haram hukumnya, juga diungkapkan para tokoh lintas agama. Mereka menilai, tindakan mengebom justru mencoreng agama yang dianutnya itu.
Kini pemahamannya sudah jelas dan sepakat tidak ada istilah jihad dengan bom. Peran pemuka agama sangat besar untuk meluruskan ajaran atau ideologi yang keliru. Namun tak ada yang bisa menjamin ketika kemiskinan masih menjadi panglima dan uang bisa banyak bicara.

Pengertian Jihad Membangun, Bukan Ngebom

Kamis, 23 July 2009 23:30 WIB
Mataram, (tvOne)
Kepala Kantor Departemen Agama Kota Mataram, Drs. H. Husnan Ahmadi menegaskan, pengertian jihad sekarang ini membangun bangsa dan negara, bukan membunuh atau mengebom.
"Jihad berlaku pada zaman Rasulullah ketika berperang melawann kafir Qurais seperti di perang Badar dan Uhud, atau seperti bangsa Indonesia melawan penjajah Belanda," katanya menjawab pertanyaan ANTARA di Mataram, Kamis.

Untuk itu, jika ada sekarang sekelompok orang melakukan pembunuhan dengan cara mengebom seperti yang terjadi di Mega Kuningan, Jakarta Jumat pekan lalu, itu salah besar, baik dari segi agama maupun hukum.
Dikatakannya, pelaku pengeboman `indentik dengan pondok pesantren`, ini juga tidak benar, karena tidak ada pimpinan pondok pesantren atau Tuan Guru yang mengajarkan santrinya untuk membunuh apalagi mengebom. "Mungkin saja kebetulan mereka yang diduga pelaku pengeboman selama ini pernah belajar di pondok pesantren dan setelah keluar dari pondok pesantren mereka belajar tentang arti jihat yang salah," katanya.
Sementara itu, DPRD Nusa Tenggara Barat (NTB) mengutuk aksi pengeboman di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, karena tindakan itu tidak dibenarkan dari segi agama maupun hukum.
Pengeboman yang terjadi Jumat pekan lalu pada dua hotel di Mega Kuningan telah mengakibatkan sembilan orang meninggal dunia termasuk warga negara asing, dan puluhan lainnya mengalami luka-luka.
Anggota DPRD NTB Abdul Muis mengatakan, teror bom di Mega Kuningan tidak ada kaitannya dengan Islam, karena ajaran Islam bukan seperti itu.
Dia mengatakan ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah menjadi rahmat bagi alam semesta, bukan membawa bencana bagi semua orang, oleh karena itu aksi pengeboman jangan dikaitkan dengan Islam. "Pemerintah diminta untuk terus meningkatkan kewaspadaannya terutama dalam menjaga aksi teror pengeboman, sehingga bangsa dan negara kedepan akan lebih aman dan tenteram," katanya.

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites