Pengamat Teroris Negara Islam Indonesia (NII), Al Chaidar menyatakan penggerebekan Noordin pada tanggal 8 bulan 8 yang dilakukan oleh Detasemen Khusus 88 Antiteror, bukan simbol yang menunjukkan identitas dari Jemaah Islamiah dan kelompok Noordin M. Top.
"Saya kira itu simbol yang dipakai polisi, untuk menunjukkan kerja polisi," ujar Al Chaidar saat dihubungi malam tadi (8/8).
Menurut Sosiolog dari Universitas Indonesia tersebut, simbol yang menunjukkan identitas Noordin M. Top atau Jemaah Islamiyah adalah angka 7, angka 4, atau angka 9. Sebab, angka-angka tersebut menunjukkan simbol hari kemerdekaan bagi Negara Islam Indonesia (NII). "NII memerdekakan diri dari Republik Indonesia pada bulan 7 tahun 1949 oleh Kartosuwiryo," ujar Al Chaidar.
Selain angka-angka tersebut, angka 11 dan angka 9 dipercaya mereka sebagai simbol dalam melakukan suatu aksi. Hubungan kedua angka tersebut, menurut Chaidar juga ada hubungannya dengan kejadian bom World Trade Center (WTC) pada 11 September 2001. (11/9). Sedangkan kelompok Noordin membalik simbol tersebut menjadi 9/11 dalam pengemboman di Kedutaan Australia pada tahun 2002.
Dari semua kesukaan tersebut, kelompok garis keras ini juga memiliki simbol yang tidak disukai. Al Chaidar mencontohkan, bagi Jemaah Islamiyah, mereka sangat tidak menyukai angka 6. Chaidar sendiri tidak mengerti mengapa mereka tidak menyukai angka tersebut.
Begitupula dengan motif penyerangan, oleh para anggota Jemaah Islamiyah, yang merupakan pecahan dari kelompok Darul Islam. Menurut Chaidar, mereka lebih menyukai penyerangan dilakukan pada pagi atau siang hari. Penyerangan yang dilakukan pada malam hari, hanya sekali dilakukan yaitu pada Bom di Kuta Bali yang kedua.
Sumber: tempointeraktif.com
0 komentar:
Posting Komentar