Lima hari sebelum polisi merilis Mohamad Jibril alias Ricky Ardhan alias Jibriel Abdul Rahman sebagai buron kasus terorisme, terjadi ribut-ribuat di Masjid Al Munawaroh, kompleks perumahan Witana Harja, Pamulang. Sekelompok massa dipimpin Habib Abdurrahman Assegaf mendatangi pengajian rutin yang digelar Abu Jibril—ayah Mohamad Jibril—di masjid itu, Kamis (20/8) malam.
Massa yang menamakan diri Barisan Muda Betawi berniat membubarkan pengajian tersebut karena dianggap menyebarkan paham wahabiah. Namun, rencana tersebut batal dilaksanakan karena Masjid Al Munawaroh dan rumah Abu Jibril dijaga ketat oleh polisi.
Abu Jibril membantah tuduhan menyebarkan ajaran wahabi radikal, termasuk pernah melarang umat Muslim melaksanakan tahlil dan membaca qunut saat shalat subuh. "Semua ucapan Ustaz Abdurrahman Assegaf merupakan kebohongan dan fitnah," ujar Abu Jibril, sehari setelah pengepungan yang dilakukan pendukung Habib Abdurrahman Assegaf.
Namun, Abu Jibril mengakui dirinya beserta para pengikutnya memang tidak menganjurkan membaca tahlil dan qunut. Alasannya, hal itu tidak ada dalam Al Quran dan hadis. Mantan aktivis Majelis Mujahidin Indonesia (MMI) itu juga menegaskan Masjid Al Munawaroh bukan tempat tertutup. "Siapa pun boleh menggunakan. Saya hanya kebetulan ditunjuk sebagai imam oleh dewan pengurus masjid," ujarnya.
Menurut Abu Jibril, masalah tersebut tidak pernah muncul sebelumnya. Pengurus Masjid Al Munawaroh pernah duduk bersama Habib Abdurrahman. Dikatakan, sudah lama Abdurrahman ingin menguasai Masjid Al Munawaroh, tetapi ditolak pengurus masjid.
"Jadi, apa yang dilakukan itu adalah satu bentuk rekayasa untuk menyingkirkan kami dari masjid, agar dia leluasa untuk menyampaikan bid'ahnya di masjid. Hubungan kita selama ini baik, di hari raya, kami silaturahim," katanya.
Menurut Ketua Umum Gerakan Umat Islam Indonesia (GUII) Habib Abdurrahman Assegaf, yang tinggal tidak jauh dari kediaman Abu Jibril, mengatakan, Abu Jibril menggeser posisi Harkomoyo sebagai Ketua DKM (Dewan Kemakmuran Masjid) Al Munawaroh. "Sejak saat itu Abu Jibril menguasai masjid tersebut. Di masjid itu Abu Jibril kerap memberikan pengajian berisi jihad, pengharaman tahlil serta yasin dan sebagainya," katanya.
Mohamad Jibril, anak sulung Abu Jibril, juga kerap memberi pengajian di Masjid Al Munawaroh. "Sama dengan bapaknya, ceramah Mohamad Jibril tidak jauh dari jihad, bid'ah, dan sebagainya," tambahnya.
Warga di kompleks perumahan itu yang ikut pengajian hanya tujuh orang, sedangkan sisanya berasal dari luar. Tak pelak warga sekitar menjadi gerah dan memilih tidak melakukan shalat di masjid bersangkutan.
Terkait isu penyerangan ke masjid tersebut, Habib Abdurrahman membantah berita di website arrahmah.com yang menyatakan dirinya memimpin massa untuk menyerbu Masjid Al Munawaroh. "Itu inisiatif pemuda sini yang sudah gerah karena masjidnya mereka duduki," katanya.
Diungkapkan, peristiwa pengepungan pada 20 Agustus lalu ia ketahui pada pukul 22.00. "Kebetulan saat itu saya pulang kerja. Setelah tahu kejadiannya, saya ajak massa membubarkan diri," katanya.
Sumber: kompas.com
0 komentar:
Posting Komentar