Sabtu, 22 Agustus 2009

Ketua MPR Tolak Stigmatisasi Jenggot dengan Teroris

Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat Hidayat Nur Wahid mengatakan, siapa pun jangan menyederhanakan masalah terorisme sekadar dengan formalitas simbol agama tertentu. "Saya khawatir bila kemudian muncul stigmatisasi negatif terhadap pesantren, terhadap jilbab, terhadap janggut, terhadap aktivis masjid. Saya khawatir misi teroris itu berhasil," kata Hidayat di Bandung, Kamis (20/8).


Hidayat mengatakan stigmatisasi dikhawatirkan bisa menghadirkan masalah baru. Di antaranya menjadikan saling curiga antara warga dan aparat. Kondisi ini bisa memicu warga menjadi takut beraktivitas di masjid karena cap teroris itu.

Dia mengharapakan isu terorisme ini menjadi isu untuk mempersatukan seluruh warga negara. "Kalau kita saling curiga dan menuduh, malah terorisme menjadi menang karena mereka berniat memecah belah kita," kata Hidayat.

Hidayat juga meminta agar aliran dana dari negara-negara Timur Tengah tidak langsung dicurigai negatif. "Jangan sekali-kali distigmatisasi bahwa aliran dana dari Timur Tengah itu pasti terorisme, kalau dari Amerika itu pasti untuk pemberantasan teroris. Boleh jadi faktanya tidak demikian," kata dia.

Dia mengatakan banyak lembaga dan negara yang menerima aliran dana yang bersumber dari negara-negara Timur Tengah, termasuk PBB. Semua ormas-ormas Islam, lanjut Hidayat, juga pernah mendapat aliran dana dari negara-negara Timur Tengah. Termasuk pemerintah Indonesia sendiri yang pernah memanfaatkan dana itu untuk pembangunan jalan tol.

Dia meminta pengusutan aliran dana ini dilakukan profesional agar tidak berbalik merugikan Indonesia. "Permasalahanya aliran dana itu untuk apa. Jangan seta merta kalau aliran dana dari Timur Tengah itu konotasinya pasti dengan terorisme. Belum tentu!" kata Hidayat.

Kekhawatiran serupa juga disampaikan Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan. Dia mengatakan kewaspadaan terhadap terorisme jangan sampai menimbulkan stigmatisasi. "Hati-hati di lapangan jangan sampai ada stigmatisasi berlebihan karena kita tahu jaringan teroris itu ternyata menggunakan semua kemungkinan yang mereka bisa lakukan," kata Heryawan.

Perang terhadap terorisme, papar dia, kerap menyudutkan Islam dan agama lainnya. Stigmatisasi itu juga kerap merembet pada lembaga yang berkaitan dengan agama tersebut. Dia mencontohkan, baru kali ini terjadi, remaja masjid direkrut oleh jaringan teroris. Tapi dia meminta, agar jangan gara-gara itu ada stigmatisasi berlebihan pada aktivis masjid.

Sumber: tempointeraktif.com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites