Rabu, 16 September 2009

Ketika Anak Bertanya tentang Seks


Perkembangan teknologi informasi membuat anak-anak kita sangat mudah mendapatkan informasi mengenai apa pun, tidak terkecuali seks. Tidak jarang, informasi yang mereka dapatkan secara bebas tersebut memicu rasa penasaran. Bagaimanakah orangtua harusnya bersikap?


Berdiskusi seks dengan anak memang terasa sangat aneh, tetapi lebih baik bagi anak-anak jika sumber informasi mengenai hal tersebut didapat dari orangtuanya. Dengan begitu, anak-anak dapat mengerti apa itu hubungan seksual, dan bagaimana membuat dirinya bersikap atas hal itu dengan porsi yang wajar.

Banyak penelitian menyimpulkan, cara bercerita mengenai seks kepada anak-anak adalah dengan bentuk diskusi yang terbuka dan jujur. Hal ini artinya, orangtua sudah harus menciptakan rasa aman bagi anak-anak untuk bercerita akan apa pun juga, sejak mereka masih kanak-kanak. Dengan begitu, pada saat Anda mengawali diskusi, anak-anak tidak merasa tengah diinterograsi oleh orangtuanya. Berikut panduan yang dikumpulkan Prevention dari beberapa penelitian yang ada:

1. Waktu yang tepat untuk mulai berdiskusi mengenai seks pada anak-anak adalah saat mereka memasuki usia sekolah dasar. Usia ini adalah usia yang cukup bagi anak-anak mengerti pesan yang kita sampaikan. Setiap kali anak bertanya, seaneh apa pun pertanyaannya, cobalah untuk bereaksi sewajar mungkin. Dengan demikian, anak tidak akan merasa takut untuk menemukan jawaban dari orangtuanya.

2. Jika Anda merasa tidak nyaman untuk memulai diskusi, jadikan film atau lagu dewasa yang tengah menarik perhatiannya sebagai perantara. Kenalkan apakah itu perasaan jatuh cinta, berteman yang sehat dengan lawan jenis, dan yang terpenting bagaimana membuat keputusan untuk diri sendiri.

3. Jadikan perpustakaan dan tokoh agama sebagai sumber informasi tambahan anak. Ini akan membantu anak mendapat gambaran, bagaimana seharusnya hubungan lawan jenis, hubungan keluarga, dan pertemanan dibentuk. Dengan demikian, anak dapat mengerti bahwa setiap hubungan yang terjalin memiliki rasa tanggung jawab untuk menghargai sesama.

4. Batasi interaksi anak pada situs yang memberikan informasi berlebihan mengenai seks. Ini artinya, orangtua tetap harus memantau bahwa setiap informasi yang diterima anak sesuai dengan kebutuhannya.

(Siagian Priska/Prevention Indonesia)

Sumber: kompas.com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites