Selasa, 28 Juli 2009

Noordin M(emang) Top


Sejak peristiwa bom malam Natal 2000, nama Noordin Mohammad Top (versi lain menyebut: Noordin Mohammed Top) dengan partner duet bombernya yang juga asal Malaysia, Dr Azahari Husin, mulai terdengar samar-samar di telinga publik awam Tanah Air. Sejak peristiwa itu pula, nama Jamaah Islamiyah (JI) seolah terpublikasikan secara perlahan dengan sendirinya di negeri ini. Masyarakat luas pun jadi lebih 'peduli' dengan organisasi itu.


Siapa sebenarnya Noordin Mohammad Top (NMT) itu?

Mungkin di negeri ini belum ada nama yang terus-menerus disebut dalam hitungan menit, tiap jam, dan bahkan setiap waktu, sebanyak nama Noordin M Top. Barangkali, kalau saja ada orang yang mau menghitung, nama Noordin M Top tentu bisa masuk tercatat di buku museum rekor Indonesia (MURI) karena begitu intensnya orang menyebut-nyebut nama tersangka bomber itu. Bayangkan, dari mulai obrolan di warteg, tukang ojek, anak-anak jalanan, pedagang sayur keliling, ibu-ibu rumah tangga, kaum elitis, hingga pejabat penting pemerintah, sampai-sampai warga dunia menyebut-nyebut nama NMT. Jaringan televisi internasional sekelas CNN pun tak henti-hentinya menyebut NMT saat breaking news peristiwa ledakan bom di Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton, Jumat (17/7). Pendek kata, sejak bangun tidur hingga mau tidur lagi pada malam hari, orang membicarakan nama NMT. Ini pun belum termasuk dari kalangan aparat keamanan dan penegak hukum, karena pastilah di setiap tarikan napas mereka terkandung nama Noordin M Top. Dari sisi 'jumlah penyebutan nama' ketenaran NMT mungkin hanya dapat disejajarkan dengan nama pemimpin Al-Qaeda Osama bin Ladin atau divo pop dunia Michael Jackson.

Profil detil Noordin tak banyak diketahui publik. Kabarnya, NMT lahir di Johor. BBC menulis, pria yang sering berubah-ubah penampilan itu adalah seorang sosok yang cerdas. Akuntan kelahiran 11 Agustus 1968 itu, memang cocok dengan perannya sebagai pengatur keuangan dan sekaligus sebagai penyandang dana dalam berbagai proyek pemboman di Indonesia. Dan satu lagi keahliannya, NMT amat piawai meyakinkan orang. Itulah sebabnya, NMT dijadikan sebagai orang terpercaya di organisasi sebagai perekrut anggota baru.

Noordin lari ke Indonesia bersama Azahari Husin setelah pemerintah Malaysia menghancurkan gerakan Islamis radikal pascaserangan yang menggegerkan dunia, 11 September 2001 di Amerika Serikat. Sejak itu, Noordin-Azahari tak pernah berani pulang kampung ke negerinya. Karena kedua tokoh penting JI itu menjadi buronan paling dicari di negaranya sendiri, Malaysia.

Duet NMT dan Azahari Husin disebut-sebut para pengamat terorisme begitu serasi dan keahlian mereka masing-masing pun terbukti saling mengisi. NMT sebagai penyandang dana, sementara Azahari Husin berperan sebagai pembuat bom. Azahari dikenal sebagai sarjana teknik bergelar insinyur yang kemudian melanjutkan studi doktoralnya di Inggris. Azahari meraih gelar doktornya di Universitas Reading.

Sepak terjang NMT sejak masuk Indonesia, tentu saja berduet dengan sang "Doktor Bom" Azahari, bersama dengan jaringan sel organisasinya sangat nyata dirasakan masyarakat. Ketika bom mobil meledak di depan Kedubes Filipina di Jakarta 2002, lalu bom besar di Bali yang menewaskan sedikitnya 200 orang pada tahun yang sama, nama NMT pun disebut-sebut ada di belakang peristiwa keji bom bunuh diri itu. Nama Noordin kembali disebut-sebut saat bom meledak di Hotel JW Marriott 2003 yang menewaskan 12 orang. Lagi-lagi, nama NMT disebut ketika bom mobil meledak dahsyat di depan pintu gerbang kantor Kedubes Australia di Jakarta 2004 yang menelan korban meninggal 11 orang. Nama Noordin Mohammad Top seolah tak pernah absen dalam setiap insiden peledakan bom di Tanah Air. Indikasi keterlibatan NMT itu disampaikan secara resmi oleh polisi. Tahun 2005, Bali kembali diguncang bom. Lagi, lagi, dan lagi nama NMT diduga kuat berada di balik peristiwa berdarah yang menyebabkan 23 orang meninggal itu. Insiden peledakan bom terbaru, Hotel JW Marriott di kawasan Mega Kuningan Jakarta, kembali jadi sasaran. Kali ini peristiwanya nyaris bersamaan dengan peledakan bom di Hotel Ritz-Carlton, Jumat (17/7) pagi pukul 07.50 WIB. Sembilan orang tewas dalam peristiwa ini. Dari hasil penyelidikan Polri, kesimpulannya mengerucut pada nama NMT bersama kelompoknya. Nama Noordin M Top identik dengan penyebar maut dan bom bunuh diri. Rupanya, sepeninggal Dr Azahari Husin tak menyurutkan sepak terjang Noordin.

Mengapa Noordin Mohammad Top sulit ditangkap?

Jika dihitung-hitung, sejak nama NMT muncul pertama kali hingga sekarang, berarti sudah 8 tahun Noordin malang melintang berkeliaran di Tanah Air. Selama itu pula, NMT dan kelompoknya menyebar hawa kematian. Tak pernah peduli siapa korbannya.

Sejak tinggal di Indonesia, NMT berkali-kali ganti nama. Hanya kalangan internal terbatas di kelompoknya saja yang mengetahui siapa sebenarnya di balik nama-nama aliasnya itu.

Di antaranya, tahun 2004, Noordin berganti nama menjadi Abdur Rachman Aufi. Di tahun itulah NMT berkenalan dengan Munfiatin alias Fitri, perempuan asal Jepara, Jawa Tengah. Sarjana pertanian itu berprofesi sebagai pengajar Bahasa Arab di Pondok Pesantren Miftahul Huda, Subang, Jawa Barat. Noordin kala itu mengaku sebagai mujahid (pejuang) yang sedang dicari-cari polisi. Setelah sempat menikah siri di Surabaya, mereka pun akhirnya menikah sah di Balai Nikah KUA Kraton, Pasuruan, Jawa Timur, 7 Juli 2004. Munfiatin pun resmi menjadi istri kedua Noordin (istri pertamanya tinggal di Malaysia). Tapi tak lama setelah pernikahannya, polisi mengendus persembunyian NMT. Noordin berhasil lolos, istrinya ditangkap Densus 88. Juni 2005, sang istri kedua NMT itu diadili di Pasuruan, Jawa Timur, dengan dakwaan menyembunyikan informasi buronan negara dan akhirnya dijebloskan ke penjara wanita di Malang.

Selain nama pribadi yang berubah-ubah, NMT selalu mengganti nama kelompok selnya. Mantan Ketua Mantiqi III Jamaah Islamiyah, Nasir Abas, seperti ditulis Majalah Mingguan Tempo, mengatakan nama kelompok Noordin M. Top biasa berubah dalam setiap melakukan aksinya. Seperti Anshorul Muslimin, Brigade Firaqul Maut, dan Qaedatul Jihad. Nama-nama ini dipakai, di antaranya dalam operasi peledakan bom di Kedubes Australia dan bom Bali II.

Selama dalam persembunyiannya NMT selalu dibantu oleh sel-sel jaringannya yang sangat eksklusif itu. Bahkan sebelum menikah resmi dengan Munfiatin, di Surabaya Noordin sempat membuat Kartu Keluarga Sementara (KKS) dan KTP 2004 atas nama Abdur Rachman Aufi bin Aufi beralamat di Tuwowo Rejo IV/18, RT/RW 004/001 Kelurahan Gading, Kecamatan Tambaksari, Surabaya.

Beberapa upaya penangkapan NMT dilakukan tim elite antiteror Polri Densus 88. Di antaranya, penyergapan di NTB yang sempat berbuntut kasus salah tangkap terhadap orang yang diduga mirip NMT. Lalu upaya penangkapan di beberapa tempat di Jawa Timur dan Jawa Barat. Beberapa kota kecil seperti Wonosobo, Temanggung, Brebes, Pekalongan, dan daerah pantai utara Jawa tak luput dari intaian Polri. Termasuk kabar terbaru penyergapan di Cilacap. Penggerebekan tempat-tempat yang diduga menjadi tempat persembunyian Noordin, dilakukan pula di Sumatra. Medan, Kawasan Kepulauan Riau, Batam, dan belum lama penggerebekan dan penangkapan 'kelompok Palembang' yang diduga kuat merupakan kaki tangan NMT. Semua upaya Polri itu masih belum berhasil. Dengan kata lain, Noordin M Top selalu berhasil lolos dari sergapan. Mantan petinggi JI, Abu Rusdan, dalam suatu wawancara dengan sebuah televisi swasta, Kamis (23/7) siang menyatakan, keberhasilan Noordin meloloskan diri dari upaya penangkapan polisi lebih dikarenakan unsur campur tangan Allah.

Abu Rusdan mengatakan, sejak 1999 organisasi Jamaah Islamiyah dinyatakan tidak efektif lagi. Tidak ada lagi sosok pimpinan yang bisa dijadikan panutan. Sejak itu, kelompok JI seperti pecah dan para tokohnya berjalan sendiri-sendiri.

Januari 2006, polisi menyebut Noordin telah menyatakan dirinya sebagai pemimpin kelompok baru bernama Tanzim Qaedat al-Jihad yang berarti lebih kurang 'Kelompok untuk Dasar Jihad'. Sutanto (yang waktu itu masih menjabat Kapolri) mengungkapkan, Noordin M Top menggambarkan dirinya sebagai pimpinan kelompok Tanzim Qaedat al-Jihad, yang mencakup kawasan Indonesia, Malaysia, Brunei dan Filipina. Para pengamat terorisme berpendapat, kelompok baru Noordin itu berideologi jihad, serupa dengan Al-Qaeda.

Sementara itu, Nasir Abas mengaku belum bisa mengerti benar struktur organisasi baru NMT itu, yang disebutnya sebagai Qaedatul Jihad. Apakah sebagai bagian dari Al-Qaeda atau bukan. Tapi Nasir menduga, Noordin dalam menjalankan aksinya adalah dalam rangka menjalankan perintah Osama bin Ladin. Yakni membunuh orang-orang Amerika Serikat dan kaum sekutunya, sipil dan militer.(*Dari berbagai sumber)

Sumber: LIPUTAN6.com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites