Jumat, 02 Oktober 2009

Korban Gempa Padang Kurang Perhatian; Makan Pisang, Tanpa Air, Tanpa Tenda


Kondisi para pengungsi korban gempa di Padang, Sumatera Barat, sangat memprihatinkan. Bahkan bisa dikatakan sangat minim perhatian, jika dibandingkan penganan korban bencana di tempat-tempat lain. Dua puluh empat jam sejak terjadinya gempa pada Rabu (30/9) kemarin, para pengungsi hingga kini, belum mendapatkan penanganan darurat pertama. Tenda-tenda untuk menampung pengungsi masih sangat sedikit didirikan. Para korban terpaksa masih menempati rumah-rumah mereka atau bangunan yang telah rusak, ambruk, dan beresiko.


Di Jalan Pasar Raya, Seteba, Kota Padang misalnya, hasil reportase Tempo, ada sekitar 15 bangunan dan rumah yang hancur dan ambruk, dan sekitar 80-an jiwa warga setempat, hingga kini terpaksa masih mendiami rumah-rumah mereka yang telah hancur. "Hingga kini belum dapat bantuan tenda. Kami hanya makan pisang, karena tak lagi bisa memasak. Tak ada air. Juga tak ada listrik," ujar Rahmat, salah seorang pengungsi di wilayah tersebut kepada Tempo, Kamis (1/10).

Untuk mengatasi minimnya upaya penanganan korban gempa ini, Walikota Padang, Fauzi Bahar, telah mengeluarkan himbauan ke warganya agar kembali kerumahnya masing-masing atau kepada rumah keluarga yang selamat untuk sebagai tempat tinggal sementara. "Dipastikan tidak akan ada Tsunami, sehingga tidak akan dibuat lokasi pengungsian," ujar Fauzi Bahar, Kamis (1/10). Ribuan korban gempa yang mengalami trauma, terpaksa harus hidup seadanya, dengan menumpang di beranda-beranda rumah yang masih belum ambruk.

Seluruh Kota Padang dilaporkan akan mengalami gelap gulita pada malam ini, karena aliran listrik dipastikan padam, begitu juga dengan aliran air bersih. "Seluruh instalasi air dari PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) rusak," ujar seorang pengungsi di Kota Padang. Bantuan genset sangat diharapkan, untuk bisa mengembalikan aktivitas warga di Kota Padang.

Bantuan dari luar kota Padang, juga masih kesulitan untuk bisa disalurkan, karena jalan-jalan penghubung memasuki kota Padang juga terhambat karena longsor. Jalan Raya dari Kota Bukittinggi ke Padang, terputus di Lembah Hanai, Cilaeng, sehingga tidak bisa dilewati kendaraan. Begitu juga jalan utama yang menghubungkan wilayah Pesisir Selatan dengan Kota Padang, hanya bisa dilewati kendaraan satu jalur. Jalan penghubung dari Kota Padang ke Solok juga mengalami longsor. Sedangkan jalan ke wilayah Pasaman Barat, juga mengalami longsor, sehingga kendaraan dari arah Medan, Sumatera Utara, kesulitan memasuki Kota Padang. Jalur yang paling cepat, hanya melalui udara, karena bandara masih bisa beroperasi normal.

Laporan dari Satuan Koordinasi dan Pelaksana Provinsi Sumatera Barat, menyebutkan sampai Kamis (1/10) pukul 13.00 WIB, jumlah korban yang terdata adalah 145 korban tewas di Kota Padang, dan 224 korban tewas di seluruh Provinsi Sumatera Barat. Korban tewas di Kabupaten Pesisir Selatan 3 orang, di Kabupaten Padang Pariaman 62 orang tewas, dan di Kota Padang Pariaman 14 orang tewas. "Satkorlak telah menyalurkan bantuan sekitar 100 juta buat penanganan bencana di Kota Padang, dan di tiap wilayah juga telah disalurkan bantuan sekitar 100 juta," ujar Sudirman Gani, ketua Satuan Koordinasi dan Pelaksana Penanganan Bencana Sumatera Barat, Kamis (1/10).

Menurut pemantauan Tempo, sejumlah gedung pemerintah ikut rusak dalam gempa bumi berkekuatan 7,6 skala Richter ini, seperti gedung balaikota Padang, gedung Bapedda Padang yang berlantai lima ambruk dan sekarang tinggal tersisa 2 lantai. Kawasan perdagangan di Jalan Sawahan, rusak parah dan hampir rata dengan tanah. Sejumlah mal, pusat pertokoan, pasar, showroom mobil, ikut ambruk.

Sementara itu korban gempa di sekolah kursus Bahasa Inggris LIA, Padang, sekitar 101 anak sudah bisa dievakuasi, dan lima orang dikabarkan tewas.

FEBRIANTI

Sumber: tempointeraktif,com

0 komentar:

Posting Komentar

Share

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites