Keberadaan Nurdin M Top kini dalam keadaan kebingungan. Orang yang kini jadi buruan utama aparat keamanan ini, dalam posisi maju kena mundur kena. “Makanya, dia cenderung bergerak,” tegas Ali Fauzi, pada Tempo di sebuat tempat di Lamongan, Jumat (24/7) siang.
Ali Fauzi yang juga adik terpidana mati kasus bom Bali Satu, Amrozi ini mengatakan, keberadaan Noordin M Top sulit ditebak. Dia tidak mengetahui, posisinya berada dimana. Sebab, dalam kondisi seperti sekarang ini, yang bersangkutan cenderung bergerak. Sebab, kalau dia diam maka akan ditangkap. Sebaliknya kalau lari berpindah-pindah juga tetap akan terus diburu aparat keamanan. “Maka, saya bilang dia akan terus bergerak,” imbuh pria yang pernah nyantri di Pondok Pesantren Ngruki, Sukoharjo, Solo, Jawa Tengah tersebut.
Ali Fauzi menyebutkan, dirinya kenal dengan Noordin M Top saat menjagi guru di Institut Lukmanul Hakim Johor, Malaysia tahun 1992 silam. Saat itu, Ali menjadi guru Bahasa Arab, sedangkan Noordin menjadi guru teknik.
Terkait dengan peledakan di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton, menurutnya, bisa jadi adalah orang-orang binaan Noordin M Top. Tetapi, dari kelompok mana, Ali Fauzi tidak mengetahui. Karena, gerakan Jamaah Islamiyah itu, mengakar dan cenderung berkelas-kelas.
Tetapi, lanjut Ali, bisa jadi bahwa pelaku bom Hotel JW Marriott dan Ritz Carlton adalah orang luar dan bukan kader dari Indonesia. Sebab, akar gerakan Jamaah Islamiyah ini, justru berpusat di luar negeri, yaitu di Afghanistan dan Philipina. “Kok saya cenderung orang luar,” imbuhnya.
Ali Fauzi juga memprotes keras aparat keamanan yang main tangkap terhadap para alumni Pondok Pesantren Ngruki, juga para alumni dari Afghanistan, Philipina dan Malaysia yang banyak berasal dari Indonesia. Alasannya selama ini mereka tidak berbuat tindak kriminalitas, sehingga aparat keamanan seharusnya tidak ada alasan untuk menangkap mereka. “Masak kalau lulusan dari sana ditangkap. Jelas tidak ada alasan,” tegasnya.
Sumber: TEMPO Interaktif
0 komentar:
Posting Komentar